Topik-topik edukasinya pun cukup hal-hal praktis yang dekat dengan perilaku keseharian mereka. Beberapa contoh materi edukasi yang bisa dikembangkan lebih lanjut misalnya:
- Kebutuhan versus Keinginan. Mindset ini sangat penting ditanamkan dalam pengelolaan keuangan keluarga. Seringkali pengelolaan keuangan menjadi kurang efektif karena keluarga-keluarga kurang bisa membagi prioritas, mana pengeluaran-pengeluaran yang sifatnya urgent karena menyangkut kebutuhan dan mana yang bisa ditunda dahulu karena lebih berupa keinginan semata. Mengelola prioritas pengeluaran adalah hal yang berguna untuk menjaga arus kas keuangan keluarga.
- Pencatatan Keuangan. Pengelolaan keuangan tidak bisa dipisahkan dari pencatatan  keuangan. Dengan melatih penerima manfaat PKH membuat pencatatan keuangan mengenai semua item yang masuk ke dalam pendapatan dan pengeluaran dalam sehari, seminggu dan sebulan, akan memudahkan mereka mengevaluasi arus kasnya. Membiasakan mencatat semua pendapatan dan belanja ini dapat membuat mereka lebih awas lagi dalam mengelola keuangan di waktu-waktu mendatang. Â
- Menambah Penghasilan. Membuat perencanaan keuangan jangka panjang biasa akan membuat kita lebih termotivasi untuk mengefisienkan arus kas keluarga hari ini, baik dengan cara menekan biaya atau menambah penghasilan yang sudah ada. Jika menekan biaya sudah dilakukan dengan maksimal, berarti kita perlu berpikir untuk menambah penghasilan. Peserta edukasi dapat dilatih untuk menemukan kiat-kiat wirausaha sederhana dengan memanfaatkan potensi mereka baik secara individu maupun potensi sosial dari sebuah komunitas.
- Pentingnya Menabung. Menabung berguna untuk meningkatkan daya beli di masa yang akan datang. Jadi sekalipun para penerima manfaat PKH adalah mereka yang tidak berdaya secara ekonomi, bukan berarti tidak memiliki kesempatan sama sekali untuk menabung.
Edukasi bisa dibuat dalam bentuk training dan penyuluhan atau dikemas lebih menarik dalam bentuk playrole dan simulasi-simulasi. Sasaran dari edukasi literasi keuangan adalah melatih keluarga-keluarga penerima manfaat agar lebih bijak menggunakan dana PKH. Bahkan berguna untuk jangka panjang jika mereka telah memiliki penghasilan secara mandiri sehingga taraf hidupnya meningkat dan tidak termasuk lagi pada daftar keluarga penerima PKH.
Sebenarnya sasaran literasi keuangan ini sudah setali tiga uang dengan sasaran pendampingan dari PKH sendiri, hanya saja dengan pendekatan yang menyasar mindset, kesadaran dan motivasi yang dibangun diharapkan lebih mendalam dan berakar dalam pola pikir dan tingkah laku masyarakat.
Agar edukasi lebih efisien, orang-orang yang paling pertama menerima keterampilan literasi keuangan adalah para pendamping PKH yang nantinya banyak bergerak di lapangan mendampingi keluarga penerima manfaat PKH.
Dengan memberi ikan dan kail secara seiring sejalan diharapkan jalannya program pemberantasan kemiskinan ini dapat mengalami percepatan dan dampak yang lebih permanen pada masyarakat. (PG)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H