Kopi hitam dalam cangkir porselen putih
kusesap lamat-lamat mengalir segala perih
tidak seperti di ujung lidah terasa manis
terbuai janji-janji yang pernah tertulis.
Getirnya baru dinikmati
setelah kerongkongan dipenuhi
jadi serasa empedu tak seperti yang kuhidu.
Kamu benar, Kekasih
harus ada yang meletakkan purnama di dalam kopi
agar leluasa aku memandang dasar cangkir porselen putih
untuk menepis prasangka dalam hati.
Manis jika manis
getir jika getir
seperti cinta kita yang jujur tanpa spekulasi.
---Â
kota daeng, 6 Februari 2019
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!