Tapi sebelum benar-benar mengubah dirinya ke bentuk paripurnanya. Hujan, tiba-tiba mengubah dirinya menjadi seekor kupu-kupu bersayap kuning lalu terbang rendah mengitari salah satu perkampungan. Untuk sesaat dia ingin mengetahui keadaaan di bawah sebelum mulai bekerja.
Banjir sudah menggenangi banyak rumah. Suasana nampak lengang. Nampaknya sejak tadi penduduk perkampungan tersebut sudah mengungsikan diri.
Hap!
Saat terbang di antara gang yang sempit, hujan tidak terlalu memperhatikan keadaan di sekelilingnya sehingga tiba-tiba masuk jaring perangkap seorang anak. Anak itu tersenyum puas sembari memperhatikan keindahan sayap kupu-kupu dari celah-celah jaringnya.
"Ardi! Ayo, Nak!" suara Ece terdengar lagi dari balik pintu.
"Sabar, Mak. Saya sudah menangkap hujan. Mak sama Dodi jalan duluan saja, saya menyusul secepatnya!" sahut Ardi.
Ece geleng-geleng kepala, lalu menghilang sebentar saat terdengar suara rengekan si Dodi, si adik.
Hujan terkejut karena Ardi ternyata mengetahui jatidirinya.
"Kamu mengenalku?" suara hujan terdengar sangat lirih.
"Tentu," sahut Ardi. "Aku mengagumi hasil karyamu ini," sambil memandang genangan air yang terus meninggi.
"Kalau begitu kamu harus membebaskanku agar aku bisa terus bekerja."