Dia sudah kerasan di sana
hidup uenak makmur sejahtera
karena kita menyuapinya setiap hari.
Dengan berbakul-bakul ketakutan kita
takut bangun terlambat
takut dimarahi bos di tempat kerja
takut dihadang begal di ujung gang
takut kecopetan di dalam bus
takut ditelepon debt collector
takut ketahuan selingkuh
Juga berpiring-piring ketakutan kita
takut tender dimenangkan kompetitor usaha
takut tulisan di blog tidak banyak pembaca
takut tidak bisa jadi pemenang esok hari
takut kehilangan orang yang dicintai
takut kehilangan kepercayaan
takut mengambil resiko
takut salah
takut...
dan takut!
Lalu kita memberinya minum bercangkir-cangkir
keringat dingin yang merembes dari pori-pori
karena takut rahasia terkelam kita diendus semesta
atau takut pada kehidupan di depan yang penuh tanya.
Lihat!
Pipinya jadi montok seperti bayi
perutnya kian buncit seperti semangka raksasa
matanya jadi sipit karena lemak di sana-sini
Jadi untuk apa lagi takut?
Toh kita telah bersahabat dengannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H