Indonesia memiliki cukup banyak tempat wisata eksotis yang belum sepenuhnya dikembangkan oleh pemerintah setempat. Jika tempat wisata ini diibaratkan gadis jelita yang sedang mempercantik diri, gadis itu belum sepenuhnya menuntaskan dandanannya. Tapi, dandanan belum tuntas pun pesonanya sudah sangat menarik hati.
Salah satu tempat wisata eksotis tersebut adalah danau Weekuri yang terletak di pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Danau laguna ini berada di Kabupaten Sumba Barat Daya, kurang lebih 60 Km di arah barat Tambolaka, ibu kota kabupaten. Jika menggunakan mobil dari Tambolaka, pengunjung harus menempuh perjalanan yang memakan waktu kurang lebih satu jam.
Hampir separuh perjalanan ke danau Weekuri ditempuh di atas jalan rintisan. Jadi semestinya kalau seluruh jalan sudah diaspal, waktu tempuh bisa lebih singkat lagi. Tapi kekurangnyamanan perjalanan itu akan langsung terobati begitu pengunjung memasuki areal wisata. Suasana sabana di sepanjang perjalanan juga akan langsung berganti dengan rimbunnya pepohonan di areal wisata.
Tidak ada karcis masuk untuk pengunjung. Saya juga tidak melihat ada kotak sumbangan yang biasa tersedia jika tempat wisata belum memberlakukan karcis masuk. Baru pada saat menggunakan toilet, pengunjung diminta membayar biaya perawatan dengan kisaran Rp2.000-Rp5.000 per orang.
Danau Weekuri terletak di pesisir barat pulau Sumba. Selain dari air tanah, sumber air yang mengisi danau juga berasal dari laut melalui celah-celah karang yang terbentuk secara alami.Â
Jadi tidak seperti danau pada umumnya, danau Weekuri memiliki kandungan garam yang cukup tinggi. Ketinggian air danau juga bisa berubah-ubah sesuai dengan pasang surutnya air laut.
Kecantikan danau Weekuri ini ditambah pula dengan air danau yang berwarna biru jernih, membuat siapa pun ingin menceburkan diri dan bermain air sepuasnya di dalam danau.
Di sekeliling danau dibuat beberapa jalur jalan setapak yang terhubung dari pintu masuk untuk memudahkan pengunjung berjalan mengitari objek wisata. Pada bagian barat, danau berbatasan dengan tebing-tebing dari batu karang. Jalan setapak pada tebing ini diganti oleh jembatan-jembatan kayu kecil.
Tapi sekalipun kecil, lebar jembatan ini masih cukup lega untuk dilewati oleh dua orang secara bersamaan. Jika berdiri di atas tebing karang ini, kita akan melihat kontrasnya suasana danau yang tenang dengan laut yang bergelora di sebelahnya.