Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Sandi dan Ma'ruf untuk Pilpres Damai

12 Agustus 2018   21:05 Diperbarui: 12 Agustus 2018   21:19 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari http://banjarmasin.tribunnews.com

Sedangkan Kyai Ma'ruf Amin walaupun dari segi usia dan karir politik lebih lama, selama ini memiliki relasi yang cukup baik dengan Presiden Jokowi. Dahulu kita pernah mengkhawatirkan peran JK sebagai wapres bisa jadi lebih dominan dibanding Jokowi seperti pada saat JK menjabat wapres SBY. 

Tapi selama empat tahun ini kita lihat Jokowi dan JK dapat berbagi peran dengan baik. Ini juga yang kita harapkan dapat terjadi jika Jokowi dan Kyai Ma'ruf Amin memenangkan pilpres 2019 nanti.

Perspektif Lain 

Analisis mengenai kekuatan dan kelemahan masing-masing cawapres dapat kita temukan dengan mudah di linimasa beberapa hari terakhir ini. Namun ada perspektif lain yang patut kita cermati dari pemilihan Sandiaga Uno dan Kyai Ma'ruf Amin.

Dengan memilih Sandiaga Uno, Prabowo sebenarnya telah menempuh langkah yang berani. Selain alasan logistik dan elektabilitas, sebenarnya Prabowo juga berusaha untuk keluar dari pengaruh partai-partai koalisinya yang cenderung oportunis. Kolaborasinya dengan Sandiaga Uno yang merupakan kandidat di luar rekomendasi ulama membuat agama tidak akan digunakan sebagai isu sentral kampanye nantinya.

Tapi sekali pun agama tidak akan digunakan sebagai isu sentral, masih ada kemungkinan isu tersebut diangkat oleh pihak-pihak tertentu untuk menyerang Jokowi jika Jokowi juga menggandeng cawapres beraliran nasionalis. Jadi keputusan memilih Kyai Ma'ruf Amin pun sudah tepat. Di sisi lain, merangkul Kyai Ma'ruf Amin juga adalah simbol usaha rekonsiliasi dua kubu dalam masyarakat yang tercerai-berai akibat pilgub DKI yang lalu.

Memang ini tidak mudah. Rekonsiliasi massa pro Ahok (yang notabene juga pemilih potensial Jokowi) dan kontra Ahok bukan Pekerjaan Rumah yang bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Di linimasa beberapa hari terakhir ini, banyak ungkapan kekecewaan dari pendukung Ahok kepada Jokowi atas pemilihan Kyai Ma'ruf Amin.

Untunglah dari balik jeruji besi, Ahok kembali menunjukkan sikap ksatria dan kerendahan hatinya dengan mengatakan senang atas pilihan Jokowi tersebut, malah berniat akan membantu menjadi juru kampanye saat bebas nanti.

 Nah, dengan demikian mudah-mudahan dua pilihan cawapres ini adalah bagian dari rancangan Tuhan untuk membuat ajang pilpres 2019 nanti berjalan dengan lebih damai dan sejuk. Perang urat syaraf antar kedua kubu tentu akan tetap terjadi, selayaknya perhelatan politik pada umumnya. 

Namun kita berharap dengan dikesampingkannya isu agama yang sangat sensitif dan mampu memecah belah masyarakat, strategi kampanye kedua kubu akan terfokus pada isu sosial, ekonomi, hankam, budaya atau isu-isu lain yang sering luput dari perhatian seperti lingkungan, HAM, keseteraan gender dan lain-lain. Semoga (PG)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun