Tiba-tiba ada komentar berbelasungkawa yang diikuti oleh emoticon tertawa terbahak-bahak (sampai air mata keluar), yang dikirimkan oleh emak-emak yang rupanya baru belajar bersosial media. Dengan sigap salah satu kawan melakukan percakapan pribadi dengan si emak. Rupanya telah terjadi kesalahpahaman.Â
Si emak menyangka emoticon itu adalah tanda sedih karena ada gambar air matanya. Malangnya saat itu whatsapp belum punya pilihan menghapus chat terakhir. Si emak pun meralat komentar sebelumnya dengan permintaan maaf.
Pelajaran yang bisa dipetik adalah memilih tombol reaction atau pun emoticon tetap harus dilakoni dengan hati-hati dan bijaksana. Jangan sampai menimbulkan kesalahpahaman antara pengirim dan penerima tanggapan, juga dengan pembaca sesama pengguna media sosial yang lain. Walaupun kita memang memiliki masalah dengan si pembuat status, rasanya kurang etis memilih reaction yang kontras dengan status yang ditayangkan.Â
Kecuali kita memang ingin seluruh dunia tahu masalah kita dengan si pembuat status. Pada zaman media sosial ini, jempol kita memegang peranan sangat penting dalam mendekatkan relasi kita dengan orang lain, atau malah sebaliknya. Tapi bukankah media sosial sejatinya diciptakan untuk saling mendekatkan? (PG)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H