Kita ketahui bersama bahwa AR (Amien Rais) adalah salah satu elite politik yang getol menyuarakan presiden baru pada pilpres tahun depan. Isu yang kerap digaungkan adalah tenaga kerja asing, kriminalisasi ulama dan utang. Tapi kadang AR juga mengeluarkan pernyataan-pernyataan kontroversial yang bikin gaduh se-Indonesia Raya. Masih jelas di ingatan kita pada salah satu ceramahnya, AR memberi label parpol yang ada dengan label partai setan dan partai Allah.
Sabtu malam (9/6) portal CNN menurunkan berita tentang pernyataan kontroversial AR yang lain lagi. Pada acara buka puasa bersama kader PAN pada hari Sabtu (9/6), AR meminta masyarakat berdoa agar pada pilpres mendatang, negara kita memiliki pemimpin baru. Jika masyarakat intens mendoakan hal tersebut, Tuhan pun malu jika tidak mengabulkannya.Â
Demikian pernyataannya seperti dikutip dari portal CNN, "Jadi Anda itu sekarang perlu berdoa jadi tiap sore ya tiga menit saja 'Ya Allah semoga engkau memberikan bangsa yang tercinta ini sebuah presiden baru yang cinta kepada agamamu, yang tidak akan mengkriminalisasi ulama, tidak akan menjual kekayaan bangsa ke asing dan Aseng. Kalau belasan juta tiap hari itu berdoa, Allah malu tidak mengabulkan."
Personifikasi Tuhan
Sebenarnya kita pun secara sadar atau tidak kerap membatasi keadikuasaan Tuhan dengan melukiskan Tuhan lewat sifat-sifat dan polah tingkah manusia kita. Misalnya saat mengatakan tangan Tuhan, Tuhan menjaga, Tuhan mengasihi, Tuhan memandang dan lain-lain.Â
Tapi hal tersebut didasari oleh tujuan yang mulia agar kita lebih dekat dan lebih mudah memahami karya Tuhan dalam hidup kita. Kita semua tahu Tuhan itu bersifat impersonal, tapi untuk memudahkan kita memahami ketidakterbatasan-Nya, kita menggunakan kata-kata kita yang terbatas.
Sehingga saat beribadah kita sering menggambarkan Tuhan secara kaku dalam doa-doa kita. Misalnya mohon agar jadi juara kelas, mohon agar lamaran kita diterima, atau pada saat ada pertandingan/kompetisi kita mohon agar Tuhan memilih kita jadi pemenang dan lain-lain. Padahal bisa jadi pihak lain bahkan kompetitor kita pun mendoakan hal yang sama. Apa yang terjadi? Apa kita sebagai manusia fana yang hanyalah butiran debu bermaksud "memaksa" Tuhan membuat pilihan? Tentu tidak, bukan? Â
Jadi pernyataan AR meminta masyarakat yang menghendaki pergantian presiden agar berdoa dengan khusyuk itu sah-sah saja. Sampai di situ pernyataannya masih sangat lumrah. Tapi begitu sampai pada pernyataan Allah malu jika tidak mengabulkan, rasanya sudah kelewatan. Personifikasi Tuhan-nya sudah overdosis.
Bagaimana jika pernyataan itu kita balik? "Kalau belasan juta masyarakat tiap hari berdoa agar Presiden Jokowi terpilih kembali, Allah malu tidak mengabulkan."
Kita sedang bermain-main dengan Sang Maha Kuasa!
Tuhan Tidak Akan Berubah karena PolitikÂ