Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Wanita dalam Genangan Air

12 Mei 2018   21:24 Diperbarui: 12 Mei 2018   21:32 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari https://karavansara.live

Hujan pergi menyisakan gerimis malu-malu, tapi rembulan masih betah menunggui langit berwarna perak kelabu. Pada sudut kota, genangan air di atas aspal hadirkan bayangan neon box di depan swalayan yang hampa pembeli.

Di emper swalayan, tersedia beberapa kursi dan meja untuk pelanggan. Kecuali satu kursi yang terisi, kursi-kursi yang lain sama hampanya. Kursi yang beruntung itu diduduki seorang lelaki berpenampilan awut-awutan, Bayu namanya. Di depan Bayu diam pasrah cangkir plastik kopi susu panas yang telah kehilangan panasnya karena hampir lima belas menit diabaikan.

Bayu mengangkat cangkir dan untuk ketiga kalinya menyesap isinya perlahan-lahan. Alisnya yang lebat membentuk tanda kegalauan, begitu pula kerut-kerut halus di keningnya. Dia seperti menyimpan banyak pertanyaan di dalam kepalanya dan entah pada siapa mencari jawabnya.

Sepuluh menit kemudian, Bayu telah berjalan menyusuri pinggir jalanan kecil yang penuh genangan air, tak peduli tarian gerimis telah membuat basah rambut ikal dan setengah bagian jaketnya. Seolah mengerti hati Bayu, jalanan itu pun sama hampanya dengan swalayan yang baru ditinggalkan. Bahkan satu sepeda motor pun tidak ada yang berani melintas.

Diliriknya sesekali genangan air yang memantulkan benda-benda dari seberang jalan. Lampu warna-warni, lampu jalanan, rona rembulan dan... seorang wanita bergaun merah.

Langkah Bayu terhenti, karena wanita itu sedang menatapnya lekat-lekat. Bayu tidak mengenal wanita itu. Tapi tegurannya kemudian, membuatnya seperti pernah memiliki wanita itu pada suatu waktu di masa lalu.

"Kehilangan sesuatu, Tampan?"

Bayu menghentikan gejolak pikirannya agar bisa mencerna wajah wanita itu lebih lama. Pipi tirus, rambut lurus sebahu, mata sayu, gincu merah merona. Sungguh menggoda.

"Tidak! Sesuatu itu yang kehilangan saya," sahut Bayu.

Wanita bergaun merah tertawa kecil, "Takdir memang aneh. Saya bisa saja bertemu belasan lelaki lain malam ini, tetapi dia memilihmu, lelaki di seberang jalan yang tak mau kehilangan harga dirinya."

"Siapa kamu? Apa saya mengenalmu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun