Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Setan dan Malaikat di dalam Kepala

9 April 2018   20:27 Diperbarui: 9 April 2018   20:44 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada setan dan malaikat di dalam kepalaku. Mereka sedang bermain kartu domino. Seru sekali nampaknya. Yang kalah harus menjepitkan penjepit jemuran ke daun telinganya. Permainan sudah berlangsung belasan seri dan penjepit jemuran berpindah-pindah telinga. Kadang jika salah satunya mengalami kekalahan berturut-turut, berbarislah penjepit jemuran di telinganya.

Aku mengamati permainan sambil tersenyum-senyum sendiri, sampai Tuhan masuk dan mengingatkan keduanya tentang waktu.

"Ayo pulang, sudah larut malam!" perintah Tuhan.

Dengan berat hati keduanya pun membereskan kartu-kartu domino, mengeluarkan jepitan jemuran dari telinga dan merapikan kursi yang mereka duduki. Malaikat melambai kepada Setan lalu keluar lewat pintu ruangan. Aku terkejut.

Setan? Mengapa setan yang jadi penghuni kepalaku?

Saat itu Tuhan juga hendak keluar, jadi aku buru-buru menjajari langkahnya dan bertanya, "Tuhan, mengapa Engkau menyuruh Malaikat keluar, bukan Setan itu?"

Tuhan berhenti dan memandangiku dengan teduh.

"Nak, sebenarnya Aku tidak menyuruhnya. Kamulah yang menginginkan Setan menjadi penghuni rumah ini, sehingga Malaikat merasa di sini tempat asing."

Aku terenyak.

"Kamulah yang bisa membuat Setan itu pergi."

"Caranya bagaimana, Tuhan?" tanyaku, lalu sepersekian detik kemudian aku menyadari betapa bodohnya pertanyaanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun