Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Salahkah Mendoakan Orang agar Gemuk?

19 Agustus 2017   22:32 Diperbarui: 27 Agustus 2017   13:47 2085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari http://www.crosswalk.com/

Di linimasa twitter masih sesekali muncul kicauan tentang doa Pak Tifatul Sembiring yang beberapa hari lalu bikin heboh se-Indonesia Raya. Sebenarnya saya tidak ingin membuat artikel khusus tentang doa tersebut. Tapi setelah membaca twit demi twit, akhirnya tergerak juga untuk ikut menumpahkan uneg-uneg lewat beberapa twit yang kemudian digamblangkan lewat artikel ini.

Agar tidak bias, saya tidak akan membahas person melainkan lebih fokus pada pokok masalah yaitu kata-kata yang diucapkan dalam doa.

Doa adalah ranah yang sangat privat, karena merupakan komunikasi pribadi kita dengan Sang Khalik. Namun menjadi sedikit berbeda jika doa tersebut diucapkan atau dibacakan di depan umum karena melibatkan pendengar yang lain. Jadi kita mesti menyesuaikan kata-kata yang digunakan agar terdengar lebih pantas dan bisa dipahami dengan baik oleh pendengar yang ikut berdoa bersama kita. Semakin formal dan agung suasana doa tersebut, semakin penting kaidah ini diperhatikan.

Mendoakan harkat hidup seseorang bukan hal baru. Kita sering mendoakan seseorang yang sakit agar segera pulih dari penyakitnya, atau mendoakan seseorang agar berhasil ujian. Doa seperti ini cukup jelas esensinya, kita sedang berdoa untuk kebaikan orang lain. Sehingga hampir bisa dipastikan baik si pendoa maupun orang yang didoakan sama-sama setuju. Kecuali yang didoakan memang tidak ada niat untuk sembuh atau tidak ada niat untuk lulus ujian.

Tetapi mendoakan seseorang agar menjadi lebih gemuk atau kurus bukan hal yang biasa. Doa jenis yang ini malah bisa jadi kontradiksi. Pertama, ukuran gemuk, kurus, tinggi, pendek itu sangat subjektif. Setiap orang bisa memiliki penilaian yang berbeda. Kedua, katakanlah Si Pendoa memang memiliki tujuan yang mulia dengan mendoakan agar orang lain bertambah gemuk. Pertanyaannya, apa yang didoakan juga memiliki anggapan yang sama? Apakah dengan menjadi lebih gemuk, misalnya, orang yang didoakan bisa jadi lebih baik?

Tidak usah banyak komentar. Toh, Tuhan yang akan menilai doa kita. Tuhan pasti sudah tahu yang  terbaik untuk orang yang kita doakan.

Kita bisa saja berdalih seperti itu, dan pernyataan itu benar adanya. Tapi sekali lagi, ada norma-norma yang harus diperhatikan saat doa kita juga didengar oleh khalayak termasuk orang yang sedang didoakan. Lagipula kalau berprinsip seperti itu, ya justru tidak perlu pakai bahasa yang bikin bingung dan mengundang polemik, Tuhan kan Maha Tahu. Doa yang normatif saja sudah cukup. Justru lebih baik, karena semakin banyak pendengar yang ikut mendoakan dan mengaminkan. Kalaupun ingin agar doa kita lebih ear catching agar audiens tidak mengantuk, gunakanlah diksi yang santun.

Jadi salahkah mendoakan agar orang lain lebih gemuk?

Jawabannya sangat tergantung dari situasi dan kondisi saat kita berdoa. Yang pasti, tidak salah jika orang yang didoakan sudah setuju sebelumnya :)

Salam akhir pekan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun