Kupu-kupu putih hinggap di daun hijau
mereka tertawa pada pagi yang terlambat sampai
tadi terlambat bus, katanya
gara-gara mencari kaos kaki yang hilang sebelah.
Kupu-kupu putih hinggap di langit biru
mereka menyapa samudra yang berenang buru-buru
tak boleh terlambat sampai pada senja, katanya
atau cahaya tembaganya jadi milik samudra sebelah.
Kupu-kupu putih hinggap di tepi bulan sabit
menemaninya menghitung bintang di dalam toples
tak boleh salah hitung, katanya
jika ada yang kurang matahari bisa marah besar.
Kupu-kupu putih hinggap di ujung kursi malas
menatap kakek lekat-lekat
mata terpejam dan setiap asap rokok kretek
diresapi dengan nikmat
keheranan.
Mengapa yang lain begitu sibuk mengejar waktu
tapi alam berhenti berjalan di rumah ini?
Kakek membuka pelupuk mata dan tersenyum damai
Waktu adalah ilusi, Nak
menipis saat dikejar
tapi melimpah saat kamu melepasnya
Kupu-kupu putih hinggap di tangan cucu kakek yang manis
lalu lipatan demi lipatan dibuka
kemudian ditutup kembali dengan pola berbeda
Kupu-kupu putih kini berubah jadi angsa putih.
---
kota daeng, awal Agustus 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H