Insting bisnis Soleh langsung muncul. Dia pun mengeluarkan sebuah kalkulator dari dalam tasnya. Memang juragan Luki, bosnya, pernah bilang Soleh juga bakal dapat persenan kalau ada unit rumah murah yang bisa terjual lewat tangannya.
“Nah, kalau misalnya nih ya kita ambil harga termahal, 200 juta saja, dibagi 180 bulan berarti angsuran pokoknya Rp1.112.000…. Itu baru pokokya”
“Kalau segitu sepertinya gue masih kuat, Bro. Bunganya berapa?”
“Bunganya ini yang mesti gue cek lagi. Tapi katanya bunganya murah banget, Bro. Nanti gue bantu cari infonya kalau elu memang benar-benar tertarik.”
“Memang menarik, Bro. DP-nya bagaimana?”
“Nah, ini yang menarik, DP-nya nol rupiah loh.”
“Haah? Serius?”
“Serius! Tapi karena DP-nya nol, elu mesti nabung dulu selama enam bulan sebelum akad kredit.”
Kening Badrun mengernyit, “Maksudnya?”
“Elu mesti nabung dulu, jadi semacam pengganti DP-nya begitu.”
Badrun mengangguk-angguk, entah paham atau tidak. Yang jelas dia kini membayangkan rencananya menikahi pujaan hatinya mesti ditunda dulu sampai enam bulan.