Multitasking dan rutinitas tanpa jeda seringkali membuat pikiran jenuh, sehingga alih-alih meningkatkan produktivitas, Â bekerja terus menerus justru bisa membuat produktivitas kita menurun. Salah satu kiat untuk melepaskan diri sejenak dari kepenatan dunia kerja dan me-refresh pikiran adalah melakukan travelling.
Kemajuan teknologi informasi membuat kita pun semakin mudah menemukan tempat wisata alternatif dengan pilihan budget sesuai kemampuan. Saat berwisata, pengalaman-pengalaman baru juga bisa dibagikan secara instant kepada teman-teman kita. Oleh karena itu travelling telah menjadi bagian dari gaya hidup manusia di zaman sosial media ini.
Beberapa bulan lalu saya berkesempatan melakukan perjalanan ke Toraja, daerah pegunungan yang sejuk sekitar 8 jam perjalanan darat ke arah selatan kota Makassar. Tujuan utama perjalanan ke sana untuk mengikuti training yang diselenggarakan koperasi sekunder kami. Tetapi saat jeda kegiatan, saya dan beberapa kawan memutuskan untuk berkunjung ke objek wisata patung Yesus raksasa yang sedang gencar-gencarnya dipromosikan pemerintah setempat. Kebetulan saat itu beberapa kawan ada yang berasal dari luar Sulawesi, sehingga tidak mau melewatkan kesempatan untuk mengunjungi objek wisata tersebut.
Patung Yesus terletak di kelurahan Buntu Burake, sekitar tiga kilometer di sebelah timur kota Makale. Â Dari arah jalan poros kota Makale-Rantepao, mobil kami memotong ke arah kanan pada pertigaan yang mengarah ke Buntu Burake. Setelah melewati pertigaan, kami melalui jalan yang menanjak sampai ke lokasi wisata.
Sesampainya di lokasi, mobil pun ditepikan ke tempat parkir yang telah disiapkan. Tidak ada karcis masuk khusus. Pengunjung hanya diminta untuk mengisi buku tamu dan mendonasikan isi dompetnya sesuai kerelaan untuk membantu perawatan objek wisata.
Kemudian dari arah areal parkir sampai ke bangunan patung Yesus kami harus berjalan kaki melewati puluhan anak tangga lebar yang terus menanjak. Saat itu hari menjelang sore tetapi terik matahari masih terasa di ubun-ubun, jadi stamina lumayan terkuras. Salah satu bapak sampai harus rehat sejenak untuk mengatur napasnya. Untunglah udara sejuk pegunungan mulai terasa menyapa tubuh kami.
Rasa capek terbayar tuntas begitu kami sampai pada bangunan patung Yesus. Kami pun menarik napas sepuasnya untuk memenuhi paru-paru dengan segarnya udara pegunungan. Mata pun terpuaskan saat menyaksikan kemegahan patung tersebut serta cantiknya panorama kota Makale dan sekitarnya dari  puncak bukit.
Ketinggian patung mulai dari landasan sampai ke ujung patung sekitar 40 meter. Jika hanya menghitung ketinggian patung, sebenarnya masih ada beberapa patung Yesus di tempat lain yang lebih tinggi yaitu patung Kristus Raja yang ada di Portugis (110 meter), disusul patung Yesus di Polandia (52 meter). Tetapi jika menghitung ketinggian patung dari permukaan laut, maka patung Yesus di Toraja inilah jawaranya. Bukit yang menjadi tumpuan patungnya saja saja sudah berada pada ketinggian 1.100 meter dari permukaan laut, jauh lebih tinggi dari Patung Yesus Penebus di Brazil yang hanya 710 meter dari permukaan laut.
Sebelum turun kembali ke areal parkir, kami pun  menyempatkan diri untuk mampir ke lapak-lapak pedagang aksesoris ini dan berbelanja oleh-oleh.
Demikian perjalanan singkat kami yang cukup berkesan. Memang masih ada sarana prasarana yang butuh pembenahan, seperti lahan parkir yang belum dicor dan jalan masuk yang masih berupa jalan pengerasan, belum sepenuhnya diaspal. Walaupun demikian, lokasi wisata ini tetap ramai diserbu pengunjung baik dari Toraja maupun luar toraja.