Rapat para petinggi parpol semakin alot. Pembicaraan yang tadinya cool, mulai menghangat. Mereka pun terlihat mulai saling tuding satu sama lain.
Telinga Seprut dari Partai Simalakama mulai memerah. Dorman dari partai Dugem menggebrak meja, marah karena kata-katanya tidak disimak yang lain. Akibatnya Opa Ojok sesepuh partai Tomsiang kaget dan kambuh penyakit jantungnya. Untung sebelum kejang-kejang, seorang staf pribadinya cepat-cepat memberi obat yang biasa dikonsumsinya. Tompel, Debong dan yang lainnya menghardik Dorman. Tapi Dorman tidak peduli.
“Mukidi itu masih polos, jadi belum cocok jadi Gubernur, Saudara-saudara. Dia jadi wakil saja dulu,” ketusnya.
“Tapi jangan lupa, surveinya paling tinggi,” Seprut buka suara. “Dan dia-lah satu-satunya alasan mengapa kita berada di tempat ini.”
“Ah, kalau saja Dungpret lebih cepat hadir, pasti keadaannya tidak seperti ini,” sambung Debong.
Belum hilang gema suaranya, terdengar seruan panik Mukidi dari arah depan rumah besar itu.
“Nonton TV!” serunya.
“Kamu ini bagaimana? Orang lagi bingung malah disuruh nonton TV!”
Tapi Mukidi tetap berseru-seru sehingga mereka semua bergegas ke ruangan nonton… lalu terkejut.
Dungpret dan Ciuss dari Partai Gurame dan Pecicilan ternyata telah mendeklarasikan calon gubernur sendiri. Pantas saja mereka tidak hadir saat ini. Opa Ojok yang sudah mulai baikan mendadak kumat lagi penyakit jantungnya. Semua orang jadi panik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H