Di bawah purnama, Alena menghembuskan kepulan asap rokok dari bibir merahnya. Asap itu membentuk lingkaran-lingkaran abstrak sebelum pudar dihempas angin malam. Gadis bertubuh semampai itu memandang layar gadgetnya lagi… lalu mendengus kesal.
Satu kilometer dari situ, Rico tergopoh-gopoh keluar dari minimarket. Tangan kirinya menggenggam kemasan kondom dan tangan kanannya memijit-mijit tombol gadget. Untuk menenangkan hati pasangannya dia mengirim pesan.
Maaf, sayang, aku lembur tadi. Tapi sekarang sudah otw
Pesan tersebut dibalas dengan ketus. Tapi Rico sudah hafal tabiat Alena, jadi dia maklum lalu menggeber motornya sekencang mungkin.
Alena terhenyak karena dalam waktu beberapa menit, Rico sudah muncul di hadapannya.
“Aku hampir sejam nungguin kamu!” serunya.
Rico pun meminta maaf dan melancarkan kata-kata manis. Alena luluh juga dan membiarkan tangannya dituntun Rico. Motor di-starter dan tak lama kemudian mereka menghilang ditelan malam.
Deru mesin motor terdengar dari kejauah. Suara itu mendekat dan berhenti. Rico turun dari motornya dan menuju ke tepi gang. Heran. Tidak nampak Alena. Handphone-nya pun tidak aktif.
Keesokan paginya, Alena jadi judul utama surat kabar. Dia ditemukan mati dengan tubuh membiru nyaris tanpa busana di atas sebuah kuburan. Warga kota berbisik-bisik dalam ketakutan. Arwah penasaran lelaki yang terbaring disitu beraksi lagi, memburu wanita-wanita yang selingkuh dengan suami orang.
-----
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H