[caption caption="Ilustrasi gambar dari: www.collective-evolution.com"][/caption]Sepanjang perjalanan dari kantor ke rumah, perasaanku tidak enak. Entah mengapa. Mestinya aku bahagia. Tadi big boss memanggilku ke ruangannya dan menanyakan kesiapanku berpindah divisi, sekaligus berpindah level manajemen, setingkat lebih tinggi.
“Kinerja kamu setahun ini seperti bintang kejora. Bersinar,” ucapnya.
“Siap, bos. Aku coba. Mudah-mudahan tetap bisa memberikan yang terbaik untuk perusahaan,” sahutku.
“Mesti itu artinya kamu harus pindah kota?”
Aku terdiam sejenak. Wajah Mirina langsung terbayang di benakku.
“Iya, bos,” sahutku sambil menjaga agar suaraku tidak bergetar.
Begitu sampai di rumah aku memberitahu kabar tentang promosiku itu kepada Mirina, kekasihku. Sebenarnya, aku butuh support darinya, agar bisa melangkah dengan plong. Tetapi Mirina justru marah-marah tidak karuan. Mungkin ini yang membuat perasaanku tidak enak sepanjang jalan pulang dari kantor tadi.
Tapi keputusanku sudah bulat. Toh sesekali kami bisa saling berkunjung. Jarak kota kami hanya sejam perjalanan udara jauhnya.
-----
Setahun kemudian.
Hubungan kami semakin hambar. Akhir-akhir ini kami jarang sekali bertukar sapa lewat sosial media , atau saling menelepon seperti yang sering kami lakukan saat aku baru dipindahtugaskan dulu.