[caption caption="Ilustrasi gambar dari: www.huffingtonpost.com"][/caption]Sebagai makhluk sosial, kita dituntut untuk selalu berkomunikasi dengan orang lain, baik orang-orang yang telah kita kenal sebelumnya maupun orang-orang yang baru kita temui.
Mungkin tidak akan banyak masalah dalam komunikasi dengan orang yang telah kita kenal dengan baik. Kita telah saling mengenal, sehingga memahami karakter satu sama lain. Namun bagaimana membangun komunikasi dengan orang baru yang belum kita kenal sama sekali? Terhadap mereka, tentu cara berkomunikasi kita akan berbeda.
Dalam hidup sehari-hari, kita sering berjumpa dengan banyak orang baru. Ini bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Saat kita mengikuti seminar atau pelatihan, menghadiri pernikahan keluarga, saat menunggu keberangkatan di bandara atau stasiun atau saat memiliki tetangga baru. Peluang bertemu orang yang tak kita kenal sebelumnya terbuka lebar di depan mata.
Saat ini terjadi, kita akan memulai percakapan perdana dengan mereka. Tapi kadang percakapan tersebut tidak berjalan dengan baik atau tidak menimbulkan kesan karena berbagai alasan. Misalnya, Anda maupun lawan bicara memang sedang tidak ingin terganggu dengan percakapan tersebut, sedang terburu-buru atau sedang mengerjakan sesuatu yang lebih penting.
Namun bisa juga terjadi percakapan tersebut menjadi hambar karena Anda maupun lawan bicara kurang mampu membangun komunikasi yang baik.
Padahal jika berjalan dengan baik, percakapan perdana ini dapat berujung pada manfaat untuk Anda, maupun lawan bicara. Paling tidak Anda bisa menambah jejaring perkawanan. Ini bisa membuka sejumlah peluang berikutnya. Mitra bisnis, customer baru atau sebaliknya, Anda yang membutuhkan produk yang dimilikinya. Kemudian manfaat berikut, bertemu orang baru dan percakapan baru berarti Anda bisa menambah wawasan tentang hal-hal yang mungkin tidak Anda ketahui sebelumnya.
Dengan demikian, ada baiknya kita mengetahui beberapa keterampilan membangun “chemistry” dengan lawan bicara. Chemistry secara harafiah berarti reaksi kimia. Namun belakangan, istilah ini digunakan untuk menyatakan kedekatan atau keintiman antara dua orang dalam konteks relasi sosial. Chemistry dalam pembicaraan sebenarnya dapat dimunculkan melalui hal-hal kecil, namun seringkali kita melalaikannya. Padahal jika chemistry sudah terbangun, pembicaraan yang tadinya sekedar basa-basi saja dapat berlanjut menjadi lebih intens dan berujung pada manfaat-manfaat yang sudah saya sebutkan sebelumnya.
Berikut beberapa kiat sederhana membangun chemistry dengan lawan bicara:
Kontak Mata
Mata adalah jendela hati. Apa yang sedang kita pikirkan atau rasakan akan terpancar dari sinar mata kita. Dalam percakapan verbal, mata adalah objek pertama yang kita pandang saat membaca body language seseorang. Menjaga kontak mata menimbulkan kesan bahwa kita tertarik dengan pembicaraan lawan bicara dan menganggap lawan bicara orang yang penting. Memang tidak perlu juga dilakukan non-stop selama pembicaraan terjadi. Menatap mata lawan bicara lama-lama malah bisa menimbulkan kesan menantang. Sesekali kita bisa memberi jeda kontak mata, dengan memandang ke arah lain, lalu kembali memandang mata lawan bicara kita.
Senyum