Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fikber] Mr. J

23 November 2015   06:25 Diperbarui: 23 November 2015   07:43 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pintu lift terbuka, aku segera masuk dan memencet tombol lima lantai ke atas. Darah Nina yang mulai mengering meninggalkan noda merah kehitaman pada papan tombol lift.

Masih dengan nafas tersengal aku berusaha mengumpulkan semua memori yang tercecer sepanjang basement tadi. Rentetan tragedi dimulai dari ajakan Nina untuk mengunjungi gedung ini guna bertemu seseorang, lalu ketika aku turun dari mobil, terdengar sebuah letusan keras menggetarkan gendang telinga dan jantungku. Nina tahu-tahu sudah berdiri menghalangi tubuhku dari terjangan peluru, entah dia sengaja atau itu adalah kecelakaan. Lalu semuanya campur baur, tubuh Nina yang bergelimang darah, mata Ran, koridor basement dan lift ini.

Aku baru menyadari derasnya keringatku telah menembus kaos dan merembes membasahi jaket jeans-ku. Aku harus bergerak cepat, maka jaket itu aku lepaskan juga. Tapi sebelum aku menghempaskannya ke lantai lift, ringtone smartphone-ku berbunyi nyaring. Ah, aku baru ingat, aku menyimpannya di salah satu saku jaketku.

Smarphone-ku memiliki dua SIM card. Panggilan itu berasal dari nomor baru, tapi ditujukan untuk SIM card kedua. Tidak banyak orang yang tahu nomor SIM card itu.

“Hallo, Anna…..,” suara berat dari ujung sana terdengar begitu aku menjawab panggilannya. Suara itu terdengar asing dan familiar sekaligus.

“J…?!”

“Ah, syukurlah kamu masih mengenaliku.”

Dia tidak memanggilku dengan namaku di masa lalu. Kehidupan memang gemar berteka-teki. Ran memanggilku dengan nama masa laluku padahal aku telah beralih rupa menjadi Anna, dan Mr. J memanggilku dengan nama yang aku gunakan saat ini, bukan nama yang dikenalnya pada masa lalu.

“Sesuatu yang mengerikan terjadi, J….,” aku menangis dan berusaha menceritakan keadaanku saat ini. Mr. J berusaha menenangkanku,

“Sekarang kamu harus fokus, Anna. Jangan tutup telepon ini. Ikuti semua yang akan aku katakan, kamu akan selamat. Aku janji.”

Pintu lift terbuka. Aku kembali berlari. Ini lantai sebuah department store raksasa yang menawarkan aneka busana dan pernak-perniknya. Tapi lagi-lagi kosong melompong. Kemana semua orang malam ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun