Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Menggoda Calon Pembeli dengan 'Harga'

28 April 2013   08:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:29 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sukses tidaknya pemasaran sebuah produk. Oleh karena itu kita mengenal istilah pricing strategy atau strategi harga dalam pemasaran. Pengemasan dan pengelolaan harga produk yang jitu dapat menggugah minat seseorang untuk membeli produk yang ditawarkan.

Contoh paling mudah, Saat ingin membeli arloji baru di sebuah pusat perbelanjaan, anda dihadapkan pada dua buah toko yang sama-sama menjajakan arloji. Toko yang satu menawarkan koleksi arlojinya di balik etalase tanpa label harga. Sementara toko yang satu lagi menambahkan display harga dan mengelompokkan koleksi arlojinya sesuai gradasi pemberian harga. Anda pasti akan cenderung menghampiri toko yang memiliki display harga karena anda akan lebih mudah membandingkan budget belanja dengan selera anda, ketimbang memilih toko yang satu lagi.

Secara praktis, pricing strategy dapat dijelaskan sebagai cara pemasar bermain-main dengan angka (baca: harga produk) untuk menarik minat beli calon pembelinya. Hal-hal yang dapat mempengaruhi pricing strategy antara lain kelas ekonomi sasaran penjualan, gaya hidup masyarakat, produk yang ditawarkan, dll.

Berikut beberapa pricing strategy yang sering diterapkan para pemasar di sekitar kita.

1.Menambahkan gratisan.

Kata “gratis” bisa menjadi kata sakti untuk menarik pembeli. Pernahkah anda melihat pemilik toko mencantumkan promo di balik etalase tokonya seperti ini, “Beli dua gratis satu!” atau iklan sejenis itu. Strategi seperti ini cukup mumpuni diterapkan apalagi masyarakat kita memang doyan dengan gratisan. Sebagai contoh, ketimbang memasang label harga Rp 8.000, per botol seorang pedagang minuman memilih menaikkan harganya menjadi Rp 12.000 per botol, namun pembeli mendapat gratis satu botol setiap pembelian dua buah botol. Harga jual untuk tiga buah botol minuman seharga Rp 8.000,- per botol sama dengan harga jual dua botol minuman seharga Rp 12.000,- per botol. Keuntungan yang diperoleh pedagang adalah dengan pembelian paketan misalnya beli dua atau kelipatannya sekaligus, minumannya lebih cepat terjual. Kalaupun ada pembeli yang membeli satuan, margin keuntungannya lebih tinggi dibanding harga normal.

2.Diskon

Selain gratisan, kata diskon juga cukup menarik perhatian calon pembeli. Semestinya diskon atau pemotongan harga terjadi pada momen-momen tertentu saja. Misalnya saat cuci gudang, atau ada promo penawaran produk baru. Apabila ada toko yang menawarkan diskon terus menerus walaupun musim sudah berganti beberapa kali, berarti kemungkinan pemilik toko menerapkan strategi harga barangnya sudah dinaikkan terlebih dahulu lalu dibuat diskon supaya harga kelihatan lebih menarik. Namun cara ini tetap efektif dilakukan.

3.Menegaskan harga

Strategi ini cocok digunakan masyarakat yang lebih memilih produk low end. Memang sebagian masyarakat kita masih cenderung melihat nominal harga terlebih dahulu sebelum mengecek kualitas produknya. Contohnya: “Nasi Campur Komplit, cuma Rp 15.000!”.  Atau bila produk yang ditawarkan terdiri dari beberapa varian harga, iklannya seperti ini “Sedia aneka helm mulai dari Rp 40.000,- !!“ Walaupun helm yang berharga Rp 40.000 adalah helm berkualitas paling jelek di tempat itu, tapi orang-orang yang kebetulan melintas mungkin akan singgah sejenak karena angka Rp 40.000 tadi. Dengan semakin banyaknya calon pembeli yang mampir, semakin tinggi pula peluang terjadinya transaksi.

Beberapa department store malah berani menegaskan harga secara atraktif bila memang dagangannya untuk item tertentu lebih murah dibanding harga pada kompetitornya.

4.Mempercantik harga

Kalau pada strategi sebelumnya harga produk diberi ‘penegasan’, pada strategi ini harga dipermak sedemikian rupa agar harga lebih eye catching di mata calon pembeli. Contoh, ketimbang memasang label harga Rp 10.000,- per item, seorang pedagang mungkin lebih memilih mencantumkan harga Rp 9.999, per item. Kesan awal yang ditangkap calon pembeli adalah harga lebih murah. Contoh lain, ketimbang melihat promo “Lemari es dua pintu, hanya Rp 1.750.000,”  seorang pembeli mungkin lebih tertarik dengan promo “Lemari es dua pintu, hanya Rp 1,75 juta”  harga kelihatan lebih menarik atau lebih simple bukan?

Pada umumnya pembeli akan mencari alternatif harga yang lebih murah. Sehingga seorang pemasar sebelum menetapkan pricing strategy untuk produknya tetap harus melihat perkembangan harga pada kompetitornya.

Namun ada pula beberapa produk yang lebih menarik minat pembeli apabila harganya dinaikkan (price skimming). Dengan harga yang semakin tinggi justru produk tersebut semakin seksi. Price skimming ini berlaku untuk produk yang langka dan berkelas seperti misalnya batu mulia.

Kesimpulannya, saat berbelanja tetaplah gunakan nalar anda. Jangan sampai anda membawa pulang belanjaan yang tidak anda butuhkan hanya karena harga yang dicantumkan pemilik sayang untuk dilewatkan begitu saja.

Salam Kompasiana, selamat hari Minggu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun