Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Jus Alpukat

21 Maret 2015   19:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:19 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14269399131862188793

Pernah, aku duduk di tepi meja jati

jemari lentik memapah jemari lentik lainnya hangatkan genggamanku.

Di bawah lampion merah maron,

wangi jasmin dari tubuhnya menyibak indra penciuman,

pendar lipgloss membingkai senyum manis

dan cahaya bintang-bintang bertebaran di matanya.

.

Ah, aneh rasanya

Aku ingin berada disitu seribu tahun lagi, sekaligus aku ingin meninggalkan tempat itu.

.

Seperti biasa, jus alpukat favorit kami diedarkan pelayan café.

Lalu kepingan harapan ditebarkan di atas cangkir berisi alpukat, cokelat dan susu.

.

“Mas, aku rela kok…..”

Kata-kata pamungkas yang menohok kewarasanku, menghempaskannya dalam sebuah labirin panjang bernama dilema.

.

Aku harus berhenti bermain-main dengan api cinta, sadarku

“Aku mencintaimu, jika memang kau menyebutnya cinta.

Tapi kita telah sampai di puncak perjalanan terlarang dan harus memilih, mengikuti takdir masing-masing atau bersama-sama jatuh ke dalam jurang yang tak mampu kita takar kedalamannya.”

.

Lalu detik-detik yang  menyakitkan itu menjadi semakin getir saat dia membuncahkan tangis

Kata-kata getir

amarah

dan…..

tamparan….

Lalu aku kembali menyesap jus alpukat yang manis sambil memandangi pintu café dan pintu hati yang ditutupnya rapat-rapat.

.

Sore ini, aku kembali duduk di tepi meja jati, tak sendiri.

Jus alpukat favorit kami diedarkan pelayan café.

Di bawah lampion merah maron bocah belahan hati merajuk dipelukanku

dan wanita yang mendampingiku dalam sakit dan senang sedang tersenyum sumringah

meniupkan harapan dalam setiap kata-katanya.

.

Aku ingin berada di sini seribu tahun lagi, menyesap jus alpukat yang manis bersama malaikat-malaikat yang menemani kehidupanku.

_________________

ilustrasi gambar dari: buset-online.com


Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun