Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Jangan Tinggalkan Struk Belanja Anda

19 Januari 2014   09:34 Diperbarui: 4 April 2017   17:37 2107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak semua kasir supermarket disiplin memberikan struk usai pelanggannya membayar semua transaksi belanja. Sebagian orang yang sudah berbelanja juga kadang enggan menunggu struk belanjanya dicetak dulu, apalagi kalau membayar dengan duit pas. Padahal struk belanja sama pentingnya dengan bukti transaksi lain seperti invoice, kuitansi atau nota kontan.

Tidak bermaksud menggeneralisir, struk belanja dapat menjadi celah bagi kasir nakal untuk mempermainkan harga dan menilep duit pelanggannya. Oleh karena itu, belakangan banyak toko atau supermarket yang memasang tulisan besar di dekat kasir untuk meminimalkan resiko ini. Contohnya tulisan seperti ini “Mintalah struk belanja anda” atau “Kasir tidak memberi struk, belanjaan anda diganti dua kali lipat” dan tulisan-tulisan sejenis itu.

Saya pernah berbelanja di salah satu minimarket yang sudah punya branding bagus. Saya membeli beberapa keperluan dapur. Setelah kasir (seorang cowok, usianya masih dibawah 20 tahun saya kira ) menginput dan membungkus seluruh belanjaan saya, dia lalu menyebutkan deretan angka yang harus saya bayar. Saya pun membayar dengan nominal uang yang lebih besar. Kebiasaan kasir pada umumnya adalah memberi uang kembalian bersamaan dengan struk belanjaannya. Tapi kasir ini awalnya hanya memberi uang kembalian saja, lalu kelihatan sengaja mengulur waktu untuk mencetak struknya. Mungkin dia berharap saya langsung beranjak begitu menerima duit kembalian, persis seperti pembeli sebelumnya. Untung saya mau sedikit bersabar dan meminta struk belanjanya. Mas kasir kelihatan tenang saja menyerahkan struk tersebut. Begitu menerima struk itu saya kembali meneliti daftar belanja saya. Ternyata total belanja yang tertera disitu beda dengan yang disebut pertama kali. Selisihnya tidak banyak sih, cuman seribu sekian ratus rupiah. Tapi saya pikir ini bukan masalah nominal tapi masalah etos kerja kasir tersebut. Saya lalu meminta mas kasir mengecek  kembali struk belanja tersebut untuk konfirmasi. Dia kembali meneliti daftar di struk itu lalu cepat-cepat meminta maaf. Dia pun menambahkan duit kembalian saya yang semestinya.

Saya yakin ini adalah kesalahan oknum kasir, bukan kesalahan sistem toko tersebut. Tapi pengalaman ini memberi pelajaran berharga bagaimana menghargai tiap sen uang kita.

Masih banyak peluang-peluang kecurangan lain yang bisa terjadi jika kita lalai memverifikasi semua transaksi belanjaan dengan mengecek ulang struk belanja kita. Saya coba rangkumkan kecurangan tersebut baik dari pengalaman pribadi, pengalaman kawan-kawan maupun pengalaman-pengalaman netizen yang pernah saya baca sebelumnya.


  1. Total belanja yang tidak sesuai. Nah, pengalaman saya di atas masuk dalam kategori ini. Kecurangan seperti ini mudah terjadi pada kasir yang tidak dilengkapi dengan display mesin hitung yang menghadap ke pelanggan. Kalau ada monitor yang ikut menampilkan display tersebut, kita mudah memantau inputan harga belanja kita. Bila tidak ada, satu-satunya cara mengkonfirmasi belanja adalah dengan memeriksa kembali struk belanja kita.
  2. Dobel input.  Setiap kali mengambil barang belanjaan dari rak toko, kita pasti menghitung dalam kepala, walaupun secara kasar beberapa kira-kira total belanja kita nantinya. Pernah ada kawan yang heran karena total harga belanjaanya melebihi perhitungan kasarnya. Setelah struk diperiksa ternyata ada item yang terinput dua kali. Bisa jadi human error ini terjadi saat kasir juga sudah mulai lelah, atau perhatiannya lagi teralih sehingga konsentrasinya sedikit buyar. Kalau harga barangnya yang terinput dobel kecil, mungkin selisihnya tidak terlalu memberatkan. Tapi bagaimana bila harga barangnya rada mahal? Jika tidak hati-hati kita bakal rugi besar pula, membayar barang yang tidak kita beli.
  3. Belanja yang tidak semestinya. Peluang kecurangan ini bisa terjadi kalau belanjaan kita bejibun sehingga kita jadi susah mengingat satu per satu belanjaan kita. Jadi kalau ada satu dua produk yang diselipkan ke dalam belanjaan,  kita tidak mengetahuinya sampai kita mengecek ulang dafar belanja pada struk. Contoh lain yang dulu juga ramai dibahas para netizen, adalah pada saat masuk ke restoran X yang terkenal itu, para pembeli yang tertipe cuek diam saja saat kasir ngomong cas cis cus mengenai menu dan produk yang ditawarkan. Setelah membayar harga makanan kasir menyerahkan kembalian sambil memberi CD lagu sebagai bonus. Pembeli seneng dong dapat CD lagu gratis. Tapi setelah memeriksa struk mestinya harga makanannya tidak sebanyak uang yang dikeluarkan di kasir tadi. Cek per cek, ternyata ada produk lain yang nyempil dalam struk belanja. Apa kira-kira? Ya CD lagu tadi. Bukan bonus ternyata, tapi kita juga ikut membelinya. Nah, belanja yang tidak kita inginkan ini hanya bakal ketahuan kalau kita memiliki struk belanjanya.
  4. Ketahuan ada Diskon. Seringkali kita mengetahui ternyata belanjaan kita dikenai diskon saat mengecek struk belanja. Apakah diskon tersebut berupa potongan tunai atau diskon barang seperti diskon “buy one get one free”. Jika kita tidak teliti, membiarkan struknya masuk di tempat sampah kasir dan kebetulan kasirnya itu kasir nakal, maka potongan tunai atau barang gratis tersebut bisa disalahgunakan untuk keuntungan pribadinya.
  5. Donasi. Beberapa toko biasa memiliki program amal dengan menggunakan recehan dari transaksi belanja pelanggannya. Misalnya total belanjaan kita sebenarnya Rp 54.315. Untuk memudahkan transaksi, angka ini biasa dibulatkan dengan menambahkan Rp 85 dalam bentuk donasi. Sehingga total belanja menjadi Rp 54.400,- Angka inilah yang disebut kasir. Pembulatannya juga bervariasi, bisa pembulatan seratus, lima ratus atau seribu rupiah. Sebenarnya ini tidak masuk kategori curang sih, karena sistem pembukuan toko pasti mencatat dengan baik transaksi ini. Yang penting pembeli meminta struk transaksinya untuk memastikan. Masalah yang kadang terjadi adalah kasir tak mau sedikit membuang energi meminta konfirmasi donasi ini kepada pembeli. Kalau memang pembulatan transaksi untuk donasinya dibawah Rp 100,- yah mau gimana lagi. Tak mungkin juga menuntut kembaliannya bukan? Tapi bagaimana kalau kembaliannya masih bisa “diselamatkan” buat ongkos parkir, misalnya. Toh donasi tak bisa dipaksakan karena itu masalah ikhlas atau tidak ikhlas.

Kecurangan-kecurangan di atas dapat diminimalkan jika kita selalu meminta dan mengecek ulang struk belanja kita. Sedikit ribet memang, tapi itu adalah salah satu cara memantau pengeluaran kita. Jika kita sendiri tidak bijak melakukan pengawasan terhadap belanja kita, sekecil apapun, kebiasaan itu justru bisa jadi celah pelanggaran yang dapat merugikan kita. Selain merugikan, kita juga jadi membuka kesempatan bagi orang lain untuk berbuat dosa.

Have a nice weekend. Salam Kompasiana (PG)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun