Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Ada yang Terlewatkan dari Kasus Satinah

4 April 2014   22:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:04 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita boleh lega karena kemarin uang Diyat alias uang darah sudah dibayarkan kepada keluarga Nura Al Gharib, mendiang majikan sekaligus korban dari TKW Satinah. Ini artinya Satinah pun bisa bebas dari hukuman pancung.

Media-media mainstream masih banyak yang mengangkat kasus Satinah ini jadi pokok beritanya. Selama ini saya mengikuti kasus Satinah lewat portal online atau opini-opini di Kompasiana. Seru saja melihat orang-orang yang pro dan kontra beradu opini. Saya sendiri netral-netral saja, hanya berharap pemerintah memiliki keputusan yang terbaik untuk Satinah karena sebenarnya akar masalah TKI kita ini cukup kompleks. Satinah hanya salah satu contoh saja yang terekspos dengan baik. Dengan menggelontorkan dana 21 M, masalah Satinah boleh jadi selesai. Tapi di Arab Saudi sana masih menunggu “Satinah-satinah” lain yang butuh diyat juga untuk membebaskan mereka dari hukuman mati.

Misalnya ada Siti Zaenab yang menunggu hukuman mati sejak tahun 1999 lalu. Direktur Eksekutif Migrant Care mengatakan uang Diyat yang dibebankan kepadanya lebih banyak lagi, mencapai 90 M.

Hanya saja, menurut saya ada satu bagian cerita yang hilang dari kronologi kasus Satinah ini.

Selama ini dikabarkan Satinah sering dianiaya majikannya itu. Ini mungkin bisa menjadi salah satu pemicu peristiwa maut tersebut. Tapi sebelum peristiwa tersebut terjadi, pasti ada pemicu kejadiannya.

Pada hari naas itu, rupanya Satinah kedapatan sedang bercakap-cakap dengan anak lelaki Nura Al Gharib. Dalam budaya Arab, sebuah larangan keras dua orang yang bukan muhrim berada pada ruangan yang sama, apalagi sampai ngobrol segala. Mungkin di negara kita itu sudah biasa, tapi disana itu sebuah larangan besar.

Inilah yang membuat Nura berang lalu kembali menganiaya Satinah. Tak disangka, itulah penganiayaan terakhir yang bisa diperbuat Nura kepada Satinah. Pada satu kesempatan Satinah berhasil meraih gagang kayu penggiling tepung dan menghantamkannya ke tengkuk Nura. Majikannya itu sempat pingsan dan dibawa ke rumah sakit, tapi nyawanya tidak bisa tertolong lagi.

Hal yang membuat saya penasaran adalah, jika karena kekesalannya pada Satinah, Nura sampai tega membenturkan kepada Satinah ke dinding. Hukuman apa yang diberikan kepada anak lelakinya? Apa sama juga kepalanya dibenturkan ke dinding? Peluang terjadinya mungkin kecil karena Satinah adalah pembantu yang konon derajatnya lebih rendah dibanding anak lelaki Nura yang bisa dikatakan sebagai majikannya juga.

Para orang tua, saat anak-anak kalian terlibat permasalahan dengan orang lain seperti misalnya berkelahi atau mencuri mangga tetangga rame-rame bagaimana reaksi anda?  Biasanya saat kejadian seperti itu terjadi, orang tua tidak keburu mempersalahkan orang lain tapi lebih dahulu mencari informasi atau memberi nasihat kepada anaknya. Siapa tahu memang anaknya biang permasalahan. Kalau anaknya yang salah, maka marah-marah mesti sama anaknya. Malah biasa sekalipun anak kita bukan penyebab permasalahan, tetap dihukum atau diberi nasihat juga biar tidak mengulangi lagi kekeliruannya.

Berangkat dari ilustrasi tersebut, kalau dalam budaya setempat tidak diperbolehkan kedua orang yang bukan muhrim berada dalam ruangan dan berbicara satu sama lain mestinya kedua pihak mendapat peringatan yang sama.

Kalau anak laki-laki Nura Al Gharib juga kena hukum atau paling tidak kena tegur, tidak perlu sampai dibanting kepalanya, secara psikologis mungkin Satinah bisa lebih cool menghadapi perbuatan majikannya. Bisa jadi Satinah tidak melawan seperti biasanya, atau menghindar saja. Dengan demikian Nura Al Gharib pun selamat dari musibah gilingan roti, dan uang 21 Milyar kita selamat.

Ini pemberitaan media yang terlewat menurut saya. Atau saya yang memang kelewatan? Entahlah. Tulisan ini hanya corat-coret di ujung waktu kerja belaka. Siapa tahu ada Kompasianer yang mau koreksi, monggo.... (PG)

Referensi:

Ulasan direktur eksekutif Migrant Care

Kronologi Kasus Satinah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun