Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Mata Malaikat: Penyergapan

6 Mei 2014   02:25 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:50 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="544" caption="ilustrasi /Kompasiana (Kompas.com / Shutterstock"][/caption] Cerita Sebelumnya: Keberadaan Sakura masih menjadi misteri. Sekalipun petinggi-petinggi koloni TX300 meniupkan versi berbeda kepada media untuk menenangkan warga, kebenaran cepat atau lambat pasti akan tersingkap. Oleh karena itu kepolisian koloni sedang bergerak berpacu dengan waktu menyusuri setiap sudut bunker untuk menemukan Sakura. Sementara itu ternyata Sakura sedang mempersiapkan pelariannya dari planet Pariya. Dia telah memesan mesin untuk merubah sidik jari, sebagai satu-satunya tiket keluar dari Pariya. Selengkapnya

Semakin malam, musik yang dimainkan DJ-bot semakin menghentak. Pengunjung diskotik juga mulai bertambah. Di beberapa titik mereka bertumpuk, bergerak lincah seiring dentuman musik. Tawa-tawa nakal terdengar di sana-sini, pengaruh minuman beralkohol yang mulai bertebaran. Udara dari mesin pendingin ruangan hampir kalah dengan asap rokok para pengunjung.

Tidak ada yang menyangka di antara mereka ada wanita paling dicari oleh kepolisian koloni TX300 saat ini. Sakura kini duduk di pojok ruangan berhadapan dengan Fang, kaki tangannya. Mereka terlibat pembicaraan serius.

“....butuh kerja ekstra menyelundupkan mesinnya. Aku harus memalsukan sejumlah passport dan mencoba mesinnya sendiri,” celoteh Fang.

Sakura menatap menyelidik.

“...dan berhasil..??” tanyanya.

“Yup. Di Planet ini aku bukan Fang. Identitas dan sidik jariku berubah, aku adalah Kaito, seorang mekanik,”

“Tapi cat rambutmu tidak berubah sama sekali....,”

Well, aku mengganti catnya saat memasuki portal Bunker.., Bu, Aku... aku tidak enak mengatakannya. Tapi dana taktis kami semakin menipis....”

Sakura mencibir.

“Kamu semakin mirip pemeras, Fang. Padahal minggu lalu aku sudah mengirimkan uang dalam jumlah besar....,”

“Benar, bu. Tapi untuk mencuri dan menyelendupkan mesin ilegal ini butuh banyak modal,.. aku..,”

“Oke. Baiklah... Tidak ada masalah kalau kamu berhasil mengeluarkan aku dari planet ini. Sekarang aku sudah tidak sabar ingin mencoba mesinnya

“Aku menyimpannya di dalam mobil. Bagaimana kalau kita coba sekarang?”

Fang beranjak dari kursinya diikuti Sakura.

Tiba-tiba Sakura menyilangkan tangannya di depan dada Fang.

“Kenapa Fang? Kamu menyembunyikan sesuatu?” Sakura menatap mata Fang lekat-lekat. “Kamu nampak gugup....”

“Aku... aku, tentu saja aku gugup. Belum pernah ada orang yang menyelundupkan mesin perusak sidik jari ke planet ini,”

Sakuran mengangguk kecil, tapi tetap mengawasi Fang.

Di emperan belakang diskotik yang penuh dengan sampah dan serakan botol minuman, mobil Fang diparkir. Di sekitar situ sepi, hanya nampak tiga mobil di parkir. Ada tembok tinggi yang membatasi kompleks club tersebut dengan lingkungan sekitarnya.

Hati-hati Fang membuka bagasi mobilnya. Di belakangnya Sakura mengawasi. Di bagasi nampak sebuah benda berbentuk kotak tertutup kain hitam tebal. Fang menyingkap kainnya lalu terlihatlah sebuah peti baja yang menggunakan kunci otomatis.

“Silahkan, bu. Kode kuncinya 342-008,” Fang mempersilahkan.

Sakura tersenyum, lalu menghampiri peti tersebut. Di bagian depan peti ada keypad yang menjadi kunci pembuka peti tersebut. Sakura menekan deretan angka yang disebut Fang kepadanya. Kedipan listrik terdengar lalu penutup peti tersebut terbuka perlahan. Isi petinya.... kosong!

Sakura mau menghardik Fang, tetapi begitu berbalik Fang di belakangnya lenyap. Sebagai gantinya ada 4 orang pasukan penyerbu berseragam lengkap menodongkan moncong pistol laser ke arah Sakura.

“Kepolisian Koloni! Berlutut dan letakkan tangan di kepala anda, Nyonya,” sebuah suara tegas terdengar dari balik helm salah satu personil polisi.

Sakura menggeram sambil memaki Fang.

“Segera, Nyonya, atau kami lumpuhkan......!!,”

Sakura pun mengangkat tangan dan menyilangkannya di belakang kepalanya perlahan. Sambil berlutut, otaknya dengan cepat menganalisis keadaannya saat ini, memperhitungkan kemungkinan melarikan diri, dan memperkirakan titik-titik pasukan lain yang saat ini pasti sedang menunggunya. Sebagai mantan pasukan Tabor dia sudah sangat terlatih, makanya dia juga yakin bukan cuma empat orang itu saja yang diturunkan. Mereka berhasil menggunakan Fang sebagai alat untuk menjeratnya, pasti mereka lebih siap.

Saat Sakura sudah berlutut sempurna, seorang Personil maju perlahan membawa sebuah borgol elektronik. Begitu jaraknya tinggal tiga langkah mencapai Sakura, tahu-tahu Sakura berteriak lantang dan secepat kucing dia meloncat menerjang polisi tersebut. Sikunya mendarat telak di depan helm polisi. Keduanya jatuh terjerembab, tapi Sakura lebih sigap. Dia segera menarik tubuh polisi tersebut dan menjadikannya tameng terhadap tembakan tiga polisi lainnya.

Dengan satu gerakan cepat, Sakura memelintir lengan polisi tersebut mencuri pistol laser-nya, lalu melontarkan tubuh polisi tersebut sekaligus menembakkan pistol laser curiannya bertubi-tubi. Seorang Polisi terkena tembakan tapi masih sempat bersembunyi di balik bak sampah. Kedua rekannya ikut mencari perlindungan di balik sebuah mobil. Sementara itu, Sakura menjadikan mobil Fang jadi perlindungannya.

Tembak menembak pun terjadi di gang belakang club yang temaram itu. Tiga lawan satu. Larik-larik sinar laser dan percikan api menerangi gang tersebut.

Semakin lama Sakura semakin terdesak. Tapi dia tidak bisa mundur, karena ada pagar besi tinggi di belakangnya. Mungkin tak butuh waktu lama untuk memanjatinya, tapi dia bisa jadi mangsa empuk tiga pasukan bersenjata lengkap tersebut. Lagipula pasti ada tim lain yang sedang menunggunya di seberang sana.

Tapi tidak ada salahnya dicoba. Dia pun melemparkan bom asap yang sudah disiapkannya ke arah bak sampah. Terdengar letupan kecil lalu asap putih pekat menyelimuti mereka. Sakura memasang mode menembak otomatis pada senapannya lalu menancapkannya pada jeruji penutup selokan tepat di bawah mobil Fang sehingga pistol tersebut terus menembak ke arah ketiga polisi.

Polisi-polisi di sebelah pun rupanya termakan umpan Sakura. Mereka tetap menembak ke arah mobil Fang. Padahal kini Sakura tengah memanjat pagar besi dengan cekatan. Hanya butuh waktu setengah menit, dia sudah berhasil melompati pagar tersebut.

Dari balik, bajunya dia mengeluarkan sebuah senjata lain. Dia seorang buronan jadi mesti siap sedia dengan segala kemungkinan. Di balik pagar besi, asap putih masih menyelimuti juga masih terdengar suara tembakan. Tapi polisi-polisi tersebut pasti akan segera menyadari muslihatnya .

Maka dia pun setengah berlari menyusuri gang di depannya. Mestinya dia sudah bertemu tim lainnya. Mereka terlalu bodoh jika hanya mengirim empat orang polisi pemula untuk meringkusnya. Tapi Sakura mesti sedikit bersyukur. Saat itu dia berada pada posisi mati, jika tim penyergap lain muncul. Maka dia harus mencari cara keluar secepatnya dari gang tersebut.

Setelah  berjalan sepuluhan meter dia menemukan sebuah pintu besi. Mungkin itu pintu belakang bar, atau diskotik lainnya. Atau bisa juga gudang. Sakura berusaha mendorong, tapi pintunya diam tidak bergeming. Sakura memeriksa pintu tersebut, rupanya menggunkaan kunci manual. Sepertinya bisa rusak dengan mudah.  Sakura pun mengeluarkan pisau laser untuk memotong pengunci pintunya. Suara berderak keras terdengar begitu kunci pintu berhasil di buka. Bersamaan dengan itu terdengar suara teriakan dari ujung gang.

“Berhenti...!!”

Sakura mencoba melihat dalam minimnya pencahayaan di sepanjang gang tersebut. Tampak beberapa orang polisi lainnya berlari sambil menodongkan senjata dari kejauhan. Sakura kembali melepaskan tembakan pistol lasernya ke arah mereka. Gerombolan polisi itupun tercerai berai, lalu bersembunyi di balik tembok atau besi-besi lampu jalanan. Beberapa balas menembaki Sakura. Tapi dari jarak jauh, akurasi tembakan mereka tidak terlalu bagus.

Sakura segera masuk ke dalam bangunan tersebut. Di dalam gelap sekali. Sakura menghidupkan lampu dari arlojinya untuk mencari celah meloloskan diri. Dalam waktu kurang dari lima menit, polisi-polisi tersebut akan mencapai gedung itu. Maka dia harus berpikir cepat.

Tapi sejauh ini, Sakura tidak melihat pintu lainnya, yang ada hanya rak-rak penyimpanan berisi karung-karung. Aroma tepung yang hampir rusak menusuk penciuman. Mungkin ini gudang penyimpanan.

Sakura sebenarnya telah menyiapkan sebuah kendaraan cepat yang menjadi alternatif dua blok jauhnya dari situ untuk berjaga-jaga. Maka saat ini konsentrasinya difokuskan pada cara secepatnya mencapai tempat parkir kendaraannya.

Lampunya disorotkan ke lantai kalau-kalau jalan mencapai lorong bawah tanah. Nihil. Untunglah di saat-saat terakhir senternya memantulkan kilau sebuah tangga di sudut ruangan. Tangga tersebut menuju ke lantai dua bangunan. Sakura berlari ke arah tangga tersebut lalu naik ke atas.

Tak lama kemudian beberapa polisi yang mengejarnya sampai ke tempat itu. Mereka menggunakan formasi khusus untuk memeriksa gudang tersebut.

Di lantai dua Sakura melangkah cepat menyusuri koridor lengang. Lantai koridor beralas karpet merah yang berdebu. Di sisi koridor nampak pintu-pintu kayu tertutup tanpa ada tanda-tanda aktivitas. Cahaya dari lampu-lampu neon box yang menembus beberapa jendela kaca membantunya menyisir koridor tersebut. Sakura menduga bangunan ini adalah bekas penginapan esek-esek.

Atau masih beroperasi? Sepasang pria dan wanita muncul dari ujung koridor. Mereka nampak berjalan mesra sambil bercanda mengabaikan kehadiran Sakura. Tapi Sakura tetap siaga. Dia baru menghembuskan napas lega setelah pasangan tersebut melewati dirinya.

Tiba-tiba dia merasa hawa dingin menusuk, lalu secepat kilat dia mengarahkan tendangannya ke belakang. Sebuah lenguhan terdengar, lalu terlihat sebuah pistol terlempar ke sudut koridor. Pria dan wanita tadi ternyata sudah berada pada posisi siaga. Pistol yang tadi terkena sapuan kakinya adalah pistol milik pria. Wanita baru akan menarik senjata dari balik blasernya tapi Sakura kembali melesat seperti kucing dari tempat berdirinya dan dalam waktu bersamaan menyikut pria dan melabuhkan kaki kanannya di perut wanita di depannya. Terdengar pekik tertahan dan gedebuk tubuh-tubuh yang berguguran di lantai.

(Bersambung)

"Mata Malaikat" tayang setiap senin malam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun