Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

JK: Di Belakang Pria Hebat Ada Wanita Hebat

31 Mei 2014   14:47 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:54 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul tulisan ini saya copy paste dari judul berita di portal Kompas.com yang tayang hari ini (31/5). Melalui pernyataannya ini JK bermaksud mengatakan kalau perkembangan teknologi sudah memungkinkan wanita mengambil peran yang lebih besar untuk mendukung karir suaminya. Zaman dulu susah, karena wanita menghabiskan sebagian besar waktunya untuk urusan dapur. Sekarang ini, berbagai perangkat elektronik seperti mesin cuci, microwave, rice cooker dan lain-lain sudah sangat membantu wanita menuntaskan urusan rumah tangga, sehingga lebih punya banyak waktu untuk memberi perhatian pada karir suaminya.

"Dulu, pagi-pagi ngurus anak, mencuci, ke pasar. Ibu (zaman) dulu, lebih lama mengurus rumah tangga dibanding yang sekarang," tutur JK sebagaimana dikutip kompas.com.

Pernyataan JK tidak bisa disanggah. Salah satu tujuan lelaki dan wanita memutuskan berumahtangga adalah untuk menemukan kebahagiaan bersama. Kebahagiaan itu harus timbal balik sifatnya. Diharapkan kebahagiaan tersebut juga diimplementasikan pada dukungan terhadap pasangan masing-masing. Suami harus mendukung istri, dan sebaliknya istri mendukung suaminya. Makanya JK mengatakan dibelakang pria hebat ada wanita hebat yang mendukungnya.

Namun pernyataan ini akan jadi sensitif karena dilontarkan pada momentum menjelang Pilpres. Kita tahu bersama kalau Capres kubu seberang pernah tertimpa masalah dalam rumah tangganya sehingga harus mengalamai perceraian.

Mau mengklaim statement JK ini sebagai kampanye hitam tidak bisa juga, karena JK tidak menuding siapapun dalam pernyataan tersebut.

Entah kebetulan atau tidak, tadi malam, di sesi akhir acara Primetime Metro TV juga ditampilkan dokumenter mengenai peranan wanita di belakang pemimpin-pemimpin negara. Ada pernyataan kalau ibu negara tidak mutlak dibutuhkan karena ibu negara tidak ikut andil dalam pengambilan keputusan. Namun de facto selama ini kita lihat banyak contoh first lady yang ikut mempengaruhi pembentukan citra suaminya. Sebagai contoh ibu Ani Yudhoyono yang sering dikait-kaitkan dengan kebijakan-kebijakan yang diambil Presiden SBY dan pemberitaan SBY seringpula didomplengi pemberitaan mengenai ibu Ani yang hobi jeprat-jepret tersebut. Kemudian Michelle Obama, first lady Amerika Serikat yang selalu tampil modis sehingga bila tampil bersama Barack Obama, seringkali lebih menarik perhatian dari media ketimbang sosok Barack Obama sendiri.

Saya merasa isu “wanita hebat di belakang pria hebat” ini sepertinya menjadi jualan baru kubu Jokowi-JK. Pemberitaan-pemberitaan seperti ini mungkin dapat mempengaruhi pembentukan opini masyarakat. Akan jadi aneh kalau sebuah negara tidak punya first lady. Tapi mungkin juga tidak.

Maka sebaiknya isu ini tidak perlu sering-sering dilontarkan kepada publik. Mestinya kubu Jokowi-JK lebih mengkesplor hal-hal positif yang bisa membuka mata dan hati masyarakat. Selama ini “branding” Jokowi sudah cukup bagus. Seorang pekerja, gemar blusukan, dekat dengan wong cilik, rendah hati dan banyak lagi citra positif lainnya. Tapi belakangan ini, kita lihat mulai ada distorsi karena Jokowi juga mulai berupaya membalas kampanye hitam yang menimpanya.

Toh, yang paling mengerti urusan rumah tangga seseorang ya orang itu sendiri. Orang luar paling hanya menyimpulkan dari penglihatannya saja. Di belakang pria hebat ada wanita hebat memang benar. Tapi bukan berarti jika tidak ada wanita di belakangnya pria itu tidak hebat. Bisa saja saking hebatnya, wanita di belakangnya malah minggat. Kita tidak pernah tahu.

Referensi:

kompas.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun