Sebuah kereta api eksekutif melaju megah di antara bukit dan danau di sebuah kawasan Eropa. Sayangnya di tengah perjalanan, kereta api tersebut tiba-tiba ngadat dan berhenti karena permasalahan pada mesin kereta api. Para teknisi pun bekerja cepat membenahi mesin yang bermasalah, tapi rupanya kerusakannya cukup parah. Kepala teknisi segera memberitahu masinis keadaan yang terjadi, dan meminta sejumlah waktu untuk membereskan mesin kereta api tersebut.
Masinis pun mencoba menenangkan penumpang yang mulai gelisah. Dia segera menyambungkan suaranya ke microphone agar dapat didengar oleh seluruh penumpang.
“Ladies and gentlemen,” ucap masinis.
“Kami punya kabar baik dan kabar buruk untuk kita semua…. Please, baiknya kabar mana yang akan saya sampaikan duluan?”
Para penumpang pun kasak-kusuk. Sebagian mulai berseru bersahut-sahutan. Tapi rupanya banyak yang menginginkan kabar buruk duluan. Maka masinis pun berucap lagi,
“Well, sepertinya banyak yang ingin mendengar kabar buruk dulu. Baiklah akan saya sampaikan…,”
Para penumpang pun menunggu.
“….kabar buruknya adalah…. Mesin kereta api kita bersamalah dan tim teknisi sedang memperbaikinya. Perbaikan ini memakan waktu yang belum bisa ditentukan…”
Para penumpang pun menggerutu dan berteriak kesal.
“…dan kabar baiknya???” seru salah satu penumpang.
“…Oh ya. Saya hampi lupa. Kabar baiknya adalah… syukurlah kita tidak sedang menggunakan pesawat terbang.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H