Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengintip Benak CEO AirAsia

29 Desember 2014   00:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:17 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14197614101185930913

Mungkin selain keluarga para penumpang dan awak pesawat, saat ini orang yang paling berdebar-debar menghadapi musibah hilangnya pesawat AirAsia QZ8501 adalah Tony Fernandes, orang nomor satu di Maskapai AirAsia tersebut. Pria kelahiran Malaysia 50 tahun lalu ini langsung terbang ke Surabaya untuk ikut memantau progress pencarian pesawat naas yang loss contact dengan ATC Jakarta pagi tadi. Melalui akun twitternya @tonyfernandes, Tony mengatakan sedang dalam perjalanan menuju ke Surabaya, kota asal sebagian besar penumpang dan kota dimana krunya bertugas.

“On my way to Surabaya where most of the passangers are from as with my Indonesian management. Providing information as we get it”

Hubungan Tony dan maskapai AirAsia bukan sekedar hubungan antara CEO dan perusahaan yang dipimpinnya. Melalui tangan dinginnya, Tony berhasil membenahi AirAsia dari maskapai yang hampir gagal menjadi salah satu maskapai besar di Malaysia bahkan di Asia.

Naluri seorang pemimpin besar yang menggerakkan Tony untuk merasa harus on-location, agar ikut merasakan kegelisahan bersama keluarga para penumpang dan ikut merasakan hiruk pikuk pencarian pesawat naas itu. Tony juga menaruh harapan besar kepada SAR yang bertugas. Ini tergambar dari kicauan susulannya

“My only thought are with the passangers and my crew.We put our hope in the SAR operation and thank the Indonesia, Singapore and Malaysian governments.”

Sampai saat ini belum ada kabar terbaru mengenai penyebab hilangnya pesawat AirAsia QZ8501 tersebut. Kendati pilot sempat meminta menaikkan ketinggian akibat awan tebal sebelum loss contact,  beberapa pakar penerbangan mengatakan masa kini faktor cuaca sudah jarang menjadi masalah pada penerbangan, karena pesawat modern sudah dilengkapi dengan perangkat yang dapat mendeteksi cuaca buruk sehingga dapat mengantisipasinya sejak awal.

Rapor keselamatan penerbangan AirAsia juga dapat dibilang baik sejauh ini. Insiden terakhir AirAsia Indonesia terjadi tujuh tahun lalu. Saat itu peristiwa pesawat AirAsia rute Jakarta-medan dengan tipe Boeing 737-300 melakukan hard landing di bandara polonia Medan karena kecepatan approach pesawat yang terlalu kencang. Namun tidak ada korban dalam insiden tersebut.

Tapi kita tidak boleh cepat berputus harap. Seperti Tony yang tidak berhenti memikirkan seluruh penumpang dan kru pesawatnya, marilah kita ikut berdoa agar seluruh penumpang dan awak pesawat dapat ditemukan selamat. (PG)

Tony Fernandes. Gambar dari: Wikipedia.com

Referensi:

wikipedia.com

tekno.kompas.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun