Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Talita Kum

3 Februari 2015   19:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:53 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Talita Kum adalah alih aksara dari bahasa Aramaik yang bisa diartikan sebagai ajakan untuk bangkit kembali. Talita Kum diucapkan Yesus saat membangkitkan anak Kepala Rumah Ibadat di Galilea yang telah meninggal dunia.

_______________

Hari ini Kalender Liturgi gereja Katolik mengangkat perikop mengenai Yesus menyembuhkan seorang perempuan yang menderita pendarahan dan membangkitkan anak Kepala rumah ibadat di Galilea yang telah meninggal. Kedua kisah ini sungguh membangkitkan inspirasi, karena keduanya bercerita tentang sentuhan kuasa Ilahi yang bekerja memulihkan manusia dari keterpurukan hidupnya.

Perempuan yang telah bertahun-tahun menderita penyakit pendarahan nekat mencari cara untuk menyentuh jumbai jubah Yesus. Dia percaya menyentuhnya pun sudah cukup untuk mendatangkan kesembuhan. Niatannya kemudian terbukti berhasil setelah menyentuh jumbai jubah tersebut. Seketika perempuan itu sembuh dari penyakitnya.

Sementara Yairus, kepada rumah ibadat yang dalam keadaan berduka karena anak perempuannya yang baru berusia 12 tahun telah meninggal, percaya bahwa Yesus mampu berbuat sesuatu untuk mengembalikan anaknya. Kendati orang-orang disekitarnya mencegah niat “tak masuk akal” itu, namun Yairus tetap keukeuh dan berusaha membawa Yesus ke rumahnya. Keajaiban karya Tuhan pun terbukti saat Yesus membangkitkan anak perempuan tersebut dari kematian.

Iman. Inilah benang merah yang menghubungkan kedua kisah ini. Baik perempuan penderita sakit pendarahan, maupun Yairus, menyimpan Iman sebagai mutiara berharga dalam hati mereka. Inilah yang membuat kuasa Ilahi mampu bekerja dengan baik mengangkat mereka dari musibah yang  mereka alami.

Keduanya menemui kesulitan dalam perjuangannya. Perempuan itu mesti berjuang menembus masyarakat yang berdesak-desakan di sekitar Yesus, dan berjuang menembus stigma masyarakat mengenai seseorang dapat menjadi najis jika bersentuhan dengan wanita yang menderita penyakit pendarahan. Begitu pula Yairus yang berhadapan dengan orang-orang yang mencemooh niatannya. Namun kemudian terbukti dengan iman dan perjuangan, mereka berhasil keluar dari musibah yang dialami.

Bukankah esensi kisah-kisah ini cukup dekat dengan keseharian kita?

Sebagai manusia, kita pun seringkali jatuh ke dalam kesulitan dan krisis. Kesulitan menyesuaikan diri dengan komunitas baru, tertipu dan rugi besar, broken home, kehilangan nama baik, disisihkan di tempat kerja, terkena PHK, usaha sedang dilanda badai finansial, keluarga dekat tertimpa bencana, menderita penyakit, belum lagi tertimpa kemalangan besar seperti bencana alam, kedukaan dan lain-lain.

Semua peristiwa sedih yang kita alami memang menjadi jalan kelam dalam hidup kita. Namun yang membedakan kualitas kita dengan yang lainnya adalah iman.

Apakah kita percaya bahwa penderitaan sebagaimana halnya kebahagiaan adalah cara misterius Tuhan untuk bekerja dalam hidup kita? Jika kita terjatuh, apakah kita akan berbalik dan meninggalkan-Nya, atau kita terus setia pada jalan Tuhan serta terus berdoa dan berupaya menemukan titik balik agar mampu bangkit kembali?

Bagi mereka yang setia dan memiliki Iman, Tuhan pun akan berkata “Talita Kum” dengan caranya sendiri untuk membuka jalan agar kita mampu bangkit kembali. Memang seringkali jalan tersebut harus dilalui dengan penuh perjuangan. Tapi sesuatu yang berharga dan mendatangkan kebaikan, memang selalu harus didapatkan dengan perjuangan dan derita.

Jadi saat “terjatuh”, jangan cepat-cepat berputus asa. Dengan obor iman, kita pasti dimampukan untuk melewati jalan penuh kabut tersebut. Yakinlah, Tuhan tidak pernah meninggalkan orang-orang yang tulus hati berserah diri kepada-Nya. (PG)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun