Mohon tunggu...
piala girsang
piala girsang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sedang bekerja di Canggu sekaligus berusaha lulus.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Israel-Palestina: Konflik Agama atau Alat Politik?

27 Oktober 2023   10:10 Diperbarui: 27 Oktober 2023   11:32 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Vladimir Lenin pernah berkata "Ada beberapa dekade di mana tidak terjadi apa-apa; dan ada minggu-minggu di mana dekade terjadi". Apa yang terjadi di Gaza saat ini adalah mingu-mingu tersebut. Konflik Israel-Palestina, atau lebih tepatnya okupasi Israel terhadap palestina sudah berlangsung sejak lama dan mulai memanas pada akhir abad ke 19 hinga pada awal abad ke 20. Konflik ini terjadi di antara dua bangsa, yakni Arab-Palestina dan Yahudi-Israel. Okupasi ini lalu dianggap oleh publik sebagai konflik antar agama; Islam dan Yahudi. Walaupun agama menjadi salah satu faktor pendorong ketegangan ini, perlu diketahui bahwa imigrasi besar-besaran orang-orang Yahudi ke Palestina awalnya diinisiasi secara sekuler, begitu juga dengan serangan bersenjata yang dilakukan pertama kali oleh Palestina. Deklarasi Balfour pada tahun 1917 yang dikeluarkan oleh pemerintahan inggris, dengan menjanjikan tanah kebangsaan pada Orang-orang Yahudi menjadi tanda awal pertempuran ini.

Ambisi politik kekuasaan kolonial pada periode abad ke-20 berdampak besar terhadap perkembangan konflik ini. Setelah berakhirnya Perang Dunia I, kekuasaan imperialis Eropa, khususnya Inggris dan Prancis, ikut campur dalam pembagian wilayah di Timur Tengah dan seringkali memanfaatkan konflik Israel-Palestina sebagai alat tawar-menawar. Situasi semakin rumit karena perjanjian Sykes-Picot yang menentukan pembagian zona pengaruh di wilayah tersebut, tanpa memperhatikan keinginan dan aspirasi penduduk lokal.

Namun, yang patut diperhatikan adalah bagaimana konflik ini menjadi alat politik bagi negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat dan Inggris. Mereka memiliki kepentingan strategis dan politik yang kuat di kawasan Timur Tengah, termasuk akses ke sumber daya alam dan jalur perdagangan yang vital. Kedekatan mereka dengan Israel, yang dianggap sebagai sekutu kuat di kawasan tersebut, merupakan salah satu aspek penting dalam dinamika konflik ini. Selain itu, konflik ini juga digunakan sebagai alat untuk mengalihkan perhatian dari masalah-masalah dalam negeri di negara-negara Barat. Pemimpin-pemimpin Barat sering kali mendukung tindakan-tindakan Israel sebagai upaya untuk mempertahankan hubungan politik dan dukungan dalam negeri. Dalam beberapa kasus, konflik ini digunakan sebagai kambing hitam untuk mengalihkan perhatian dari isu-isu yang lebih mendesak.

Dengan demikian, meskipun ada elemen agama yang kuat dalam konflik Israel-Palestina, tidak bisa diabaikan bahwa konflik ini juga digunakan sebagai alat politik oleh negara-negara Barat untuk mencapai tujuan dan kepentingan mereka di Timur Tengah. Hal ini telah berdampak besar pada perjalanan konflik ini dan telah memperpanjang penderitaan penduduk setempat yang terus menderita akibat ketidakstabilan yang berlarut-larut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun