Mohon tunggu...
Rofina Wangga
Rofina Wangga Mohon Tunggu... -

epen dengan hidup

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Indonesia, oh Indonesia

15 Maret 2012   12:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:00 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

INDONESIA OH INDONESIA....

Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki beraneka ragam kebudayaan dan bahasa. Selain itu Indonesia merupakan negara kepulauan dengan berbagai suku, etnis dan agama. Semua perbedaan itu menjadi satu dalam satu kesatuan yaitu Bhineka Tunggal Ika. Dari landasan ini bangsa Indonesia menunjukan kepada dunia bahwa perbedaan itu bukan menjadi suatu penghalang bagi kemajuan suatu negara melainkan menjadi penyatu dan penyemangat bagi bangsa Indonesia. Negara Indonesia juga memiliki kekayaan alam dan laut yang berlimpah ruah. Banyak tempat bersejarah, menarik dan indah yang bisa dijadikan tempat berwisata bagi para wisatawan lokal maupun asing.

Namun di balik semua pesona itu, Indonesia sangat memprihatinkan. Kemiskinan masih menjadi penyakit kehidupan yang entah kapan dapat dibasmi. Masih banyak gelandangan yang hidup di perkampungan kumuh, di bawah kolong jembatan. Para pengemis yang bertahan hidup dari meminta-minta. Anak-anak yang seharusnya bersekolah malah dipaksa mengamen dan bekerja. Fenomena ini sudah menjadi kebiasaan bagi Indonesia. Namun bagaimana dunia luar akan melihat hal ini? Kapan Indonesia akan sembuh dari kepincangan sosial ini? Kapan pemerintah akan tersadar dari tidur panjangnya yang membuai?

Sungguh ironis bila setiap pertanyaan di atas kita hubungkan dengan kehidupan para pejabat tinggi negara ini. Miliyaran uang dihabiskan hanya untuk perbaikan toilet. Ratusan juta uang dikeluarkan hanya untuk penataan ulang ruang rapat dan kursi yang nyaman. Bahkan penambahan anggaran untuk mengganti menu snack saat kegiatan di kantor berlangsung. Belum puas dengan gaji yang tinggi 'korupsi' menjadi jalan pintas untuk memenuhi keserakahan dan menuju kesejahteraan hidup. Apakah mereka sadar, bahwa mereka telah mencuri uang rakyat. Apakah mereka tahu, bahwa mereka telah melahap uang rakyat. Dalam hal ini, siapa yang berpendidikan dan siapa yang tidak berpendidikan. Siapa yang memiliki hati nurani dan siapa yang tidak memiliki hati nurani.

Zaman sekarang uang yang memegang kendali bukan hukum. Kesalahan sebesar apapun kalau sudah dipolesi dengan uang akan menjadi kebenaran mutlak. Hukum dibuat hanya untuk rakyat kecil dan tidak berlaku untuk orang beruang. Lihat saja anak-anak pengamen yang selalu dikejar-kejar polisi. Mereka bahkan ada yang ditangkap dan langsung dibawa ke kantor polisi. Padahal mereka bekerja hanya untuk mengisi perut dan tidak lebih. Di mana letak hati nurani yang sebenarnya. Siapa sebenarnya yang bertanggung jawab terhadap mereka, terhadap pendidikan mereka. Di sisi lain para koruptor yang kesalahannya jelas di depan mata malah dibiarkan berlenggang ria kemana-mana. Bahkan kasus mereka disidangkan sampai berlarut-larut, sampai basi. Sangat jelas hukum telah dibeli dengan uang. Siapa yang bisa membantah. Siapa yang bisa melawan.

Indonesia oh Indonesia....

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun