Mohon tunggu...
Vivit Evi
Vivit Evi Mohon Tunggu... Administrasi - GURU SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM

Menulis untuk menciptakan sejarah masa kini

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terbungkus Senyum

5 November 2012   15:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:56 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ada mangkuk kecil disana. Katanya berisi kebenaran. Ketika ku Tanya, milik siapa itu?

Itu milik Tuhan, jawaban yg lirih terdengar.

Lamat-lamat terdengar suara isak tangis, namun tidak kutemukan disini wajah sendu dan air mata. Lantas siapa dan dimana yang menangis?

Lonceng pun ditabuh keras, tangis itu berlalu. Lantas siapa lagi yang menabuh? Kembali tangis itu terdengar, kini semakin menggema. Memenuhi gendang telinga.

Kembali tangis itu terdengar. Siapa gerangan yang menangis lagi ini? Tak jua ada jawaban menyapa. Justru tangis itu berbalok seperti batu. Menghujaniku, melempariku. Perih berasa. Kucubit kulit tanganku, kulit jari-jariku, kulit pipiku, kulit kepalaku bahkan kuku panjangku. Masih indah.

Hmmmm,,,_

Keadaan berceritadengan diam, berbisik padaku:

“Izinkan saya meminjam hatimu, bahwa isakan tangis menggema itu darimu, hatimu terjurang”

Dan benar adanya, tanganku ikut bergetar memegang dada ini. Isakan itu semakin menderu, bagaimana dengan senyum ini?

Saat yang sama, tiba-tiba air mata jatuh berlinang dipipiku mengalir, terus mengalir sampai entah kapan akan berujung?

Akupun menyadari dalam kemarin aku membungkus tangis ini dengan senyuman.

Surabaya, 05 oktober 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun