Di dalam hutan negeri dongeng, terdengar burung pipit berkicau nyaring sampai melengking ditelinga nenek sihir, phiphiot. dalam keadaan terbangun dari tidur phiphiot merasa terganggu dengan itu, kemudian dia keluar dari rumah jamurnya. Dan memarahi burung pipit,
Phiphiot : Hei Burung Pipit! Berhenti kau berkicau!
Burung Pipit : Masalah buat lo, suka suka gue dong.
Phiphiot semakin geregetan dan dia mengumpat,
Phiphiot : awas ya! Kalau tidak kamu akan saya sihir!
Burung Pipit: silahkan! Mana takut!
Phiphiot: owh... kamu mengancam rupanya. Baik! ABRAKADABRA.....
Cling...!
Tiba- tiba burung pipit berubah menjadi kodok.
Kodok: Hei kau nenek sihir bodoh! Aku justru senang jika aku berubah jadi kodok, aku tidak lagi susahmencari tempat berteduh karena pohon-pohon gundul, tidak lagi menjadi buronan pemburu burung yang tidak lelah-lelah mengejarku dan teman-temanku.
Phiphiot dibuat bingung olehnya, kemudian dia menyihir kembali menjadi seekor lalat
Lalat: Hei Phiphiot! gelagatmu semakin tolol. Aku lebih berbahagia lagi jika aku berubah menjadi lalat, karena aku tidak lagi dikejar-kejar oleh ular berbisa. Aku menjadi lalat akan semakin mudah mencari makan, banyak sekarang sisa makanan dan sampah sampah busuk berkeliaran, di got, sungai, pantai bahkan disetiap penjuru kotapun ada, aku tidak perlu bersusah payah ke tempat sampah atau TPA(tempat pembuangan akhir).
Phiphiot semakin geram, dia kehabisan akal untuk membuat jera, akhirnya phiphiot menyihir kembali seperti bentuk awal yaitu menjadi burung pipit.
Namun burung pipit kembali berkicau tidak berhenti henti semakin nglunjak membalas dendam phiphiot si nenek sihir.
Dengan gregetan, spontan saja nenek sihir kembali menyihir.
‘’ABRAKADABDRA! ‘’
Jadilah burung pipit menjadi burung garuda.
Burung Garuda: Ampun Phiphiot....
Aku tidak lagi mengganggumu. Cukup berat aku menjadi burung garuda,lambangku hanya sebuah simbol, aku dikhianati bangsa indonesia , para pemimpinnya tidak lagi peduli pada nilai-nilai yang ada dilambangku.
PUISI HERRY ROESLI, Agustus 2010
Garuda pancasila
Akulah pendukungmu
Sejak proklamasi
Selalu berkorban untukmu
Pancasila dasarnya apa
Rakyat adil makmurnya kapan
Pribadi bangsaku
Tidak maju....maju...tidak...maju...maju..
Tidak maju...maju....
Phiphiot si nenek sihir kemudian tertawa berbahak-bahak penuh kelegaan karena berhasil membuat jera burung phiphid.
Surabaya, 3 Mei 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H