Mohon tunggu...
Vivit Evi
Vivit Evi Mohon Tunggu... Administrasi - GURU SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM

Menulis untuk menciptakan sejarah masa kini

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Balada 24 September 2012

24 September 2012   08:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:49 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua puluh sudah waktuku berjalan diatasku

Menempuh berkoli meter,

Tanda merah tak urung kadang diterjang

Salah bukan?

Kata malaikat lalu lintas itu pelanggaran.

Ya, waktuku melanggar.

Sedang waktuku tidak tahu waktu

Tidak berhentituk berjalan

Semakin menderu bahkan berlari, berlari kencang

Sua sempat tetap berlari

Mungkin belum cukup keberanian

Atau terlalu gocik melawan

Tau-tau berang dibelakang

Menusuk, membujuk, busuk berbau

Kini, tepat diangka dua puluh

Kembali waktuku melanggar.

Ketika ditanya malaikat peraturan,

Waktuku hanya menjawab:

‘’Aku ingin bebas, tak cukup pelanggaranku, peraturanmu menekanku. Aku ingin menambah 4 pelanggaran”

Genap sudah, 24 pelanggaran yang waktuku lakukan.

Kemudian terjadi didunia berbeda, dunia laba-laba berkaki sembilan sedang terkurung. Terkurung atau terjebak?

Entahlah, pada intinya dia berada pada dunia makhluk lain, bukan duniaanya.

Ada yang bilang itu dunianya. Namun laba-laba berkaki sembilan tidak pernah menyadari lingkunganya.

Tetap saja, kabar itu simpang-siur bersama bujukan saudara-saudara buasnya.

‘’ini duniamu, kamu tidak tersesat’’ begitu kata mereka.

Laba-laba berkaki sembilan galau untuk menentukan pilihan, ingin rasanya terjun dari sarangnya ke tanah biar berteman dengan semut-semut genit.

Benar adanya, laba-laba berkaki sembilan terjun ketanah, dia tampak sendiri diantara pasukan semut genit. Awalnya pasukan semut genit tidak menerima keberadaanya.

Namun, laba-laba berkaki sembilan menangis bulu. Bulu-bulu itu tak cukup satu tetapi beribu-ribu hingga menjadi sebuah gulungan bulu besar.

Semut-semut genit berlari ketakutan, karena gulungan bulu itu semakin besar semakin menggelinding. Semut-semut terbirit-birit parno terlindas.

Kapten semut-semut genit berusaha mencegahnya,

‘’cukup!cukup! cukup kau menangis!. Oke, kami akan menerimamu menjadi anggota kami, asalkan kau mau memenuhi syarat kami”

“apa itu? Aku pasti melakukannya, kasihani saya..”jawabnya lebay

“sudah 1000 tahun,kami tidak pernah menghitung anggota kami, cukup kau menghitung berapa jumlah kami”

Ya, pekerjaan utama sebagai anggota baru para semut-semut genit pada laba-laba berkaki sembilan adalah menghitung.

Sebentar, laba-laba berkaki sembilan meradang. Lantas butuh berapa hari untuk menghitung.

Semakin menghitung semakin dia mengeluh, semakin dia terpuruk dengan sesalnya untuk terjun ke tanah. Bayangannya mengalun pada hari-hari sebelumnya meskipun berteman dengan teman-teman buas dia tetap nyaman disarang.

Laba-laba berkaki sembialan diam, dan entah dari mana kemudian bertemu dengan waktuku,

Dengan bantuan berlarinya, laba-laba berkaki sembilan dapat menghitung cepat usai.

“2012 jumlah semut-semut genitnya”

Namun, berang juga laba-laba berkaki sembilan, keluhnya diaplikasikan dengan menangis bulu lagi, bola bulu ini lebih besar dari sebelumnya, dengan meminta kembali kecepatan waktuku. Bola mengggelinding cepat dan berputar-putar, terpental kayu, batu tentunya melindas semua semut-semut genit.

Laba-laba berkaki sembilan sendiri, tak berteman.

Waktuku tetap saj berlari dan terus berlari.

THE END

Tokoh:

·Waktuku 24 pelanggaran.

·Laba- laba berkaki 9.

·Semut-semut genit 2012

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun