Mohon tunggu...
Vinna Kinasih
Vinna Kinasih Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Kita.. Kita adalah rangkaian kata yang pernah menjelma menjadi sebuat kalimat penuh makna,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Tentang Masa Lalu

1 Maret 2013   07:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:30 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku lupa memaafkan itu seperti apa, aku lupa cara mengiklaskan itu bagaimana? Aku tahu ini salah, tapi.. Maaf, aku tak bisa merubah.

***

Suatu malam, di kamar 302

.......
Lelaki: “aku masih mencintaimu seperti dulu”
Perempuan: “aku lupa seperti apa cinta itu”
Lelaki: “kembali padaku, kita lanjutkan yang pernah terhenti”
Perempuan: “tak perlu, tak ada yang harus dilanjutkan”
Lelaki: “maafkan aku, aku menyesal”
Perempuan: “sesalmu tak akan merubah apapun”
Lelaki: “kau tak mengerti, aku sudah berubah sekarang”
Perempuan: “perubahanmu tak akan menyembuhkan sakit ini”
Lelaki: “kau egois, kau tak pernah mau mendengarkan aku”
Perempuan: “aku sudah lelah memperjuangkan ini sendiri”
Lelaki: “aku slalu disampingmu”
Perempuan: “disampingku katamu? Lalu kamu disebelah mana? Saat ada janin hidup dirahimku,”
Lelaki: “aku sedang mencari jalan”
Perempuan: “jalan? Jalan untuk lari dari tanggung jawab?”
Lelaki: “dengarkan penjelasanku”
Perempuan: “tak ada lagi yang perlu kau jelaskan”
Lelaki: “semua itu sebenarnya salahmu, kau yang membunuh anakku!”
Perempuan: “anakmu kau bilang? Bukannya dulu kau tak peduli.. Tak usah sok jadi pahlawan, sudah jelas kau dulu malah hilang tanpa kabar”
Lelaki: “kau terlalu terburu-buru mengambil keputusan”
Perempuan: “ingat, semakin hari perutku semakin membesar.”
Lelaki: “tapi tak seharusnya kau melakukan itu, kau ingat sebelum seribu hari janin itu, hidupku tak akan tenang”
Perempuan: “kau pikir aku percaya? Lalu apa pernikahmu dengan mantan istrimu 1th yang lalu”
Lelaki: “janin itu sebabnya kami berpisah secepat ini”
Perempuan: “tak usah mengkambing hitamkan, jelas-jelas kalian berpisah itu karena egomu yang kian membengkak”
Lelaki: “kau salah”
Perempuan: “aku pernah membuat kesalahan besar, yaitu memperjuangkanmu... Dan sekarang tak akan ku ulangi lagi”
Lelaki: “Tolong maafkan aku, Tuhan saja Maha Pemaaf.. Kenapa kau yg cuma manusia biasa tak bisa memaafkan aku”
Perempuan: “kau sudah pasti tau jawabanya, karna aku bukan Tuhan.. Kamu, minta maaf saja sama Tuhan”
Lelaki: “Kupikir Tuhan sudah memafkan aku”
Perempuan: “kalo menurutmu Tuhan sudah memaafkanmu, kenapa kau masih membujukku melakukan hal yang sama?”
Lelaki: “karna aku ingin memperbaiki semuanya denganmu”
Perempuan: “sudah ku bilang aku tak bisa”
Lelaki: “Tolong, aku ingin hidup denganmu.. Kita akan bahagia, akan ku berikan kau anak-anak yang manis penganti janin itu”
Perempuan: “sudah berhenti, aku tak ingin mendengarkan omong kosong itu lagi.. Buang mimpimu!!”
Lelaki: “beri aku satu kali lagi kesempatan, aku tak akan mengecewakanmu!”
Perempuan: “Itu sudah terlalu sering kau katakan”
Lelaki: “dan ini yang terakhir”
Perempuan: “.......”
Lelaki: “akan ku berikan apapun yang kau minta”
Perempuan: “Tidak, trimakasih..”
Lelaki: “suatu saat kau akan menyesal”
Perempuan: “aku akan lebih menyesal bila memberimu kesempatan lagi”
Lelaki: “....”
Perempuan: “tolong... Biarkan aku tenang, jangan usik hidupku lagi, Minggu depan aku akan melangsungkan Akad Nikah”
Lelaki: “aaah, kau jangan bercanda...”
Perempuan: “ku pikir, aku tak pernah main-main dengan ucapanku”
Lelaki: “....”
Perempuan: “menurutku kau masih ingat dimana letak pintu keluar, silahkan pergi.”

***

Kalian akan tau, apa itu menyesal setelah semua terlambat.. Dan sesal itu tak akan pernah punya arti.

Jogjakarta, Jum'at 1 maret 2013
Nhaa_phinna

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun