Mohon tunggu...
Brigita PhilokaliaLaras
Brigita PhilokaliaLaras Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ilmu Komunikasi 2022

Hello!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tahun Baru Yang Tak Cukup Asik

1 Januari 2025   22:23 Diperbarui: 1 Januari 2025   22:23 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perayaan tahun baru selalu menjadi momen yang menggembirakan bagi kebanyakan orang. Suasananya yang penuh kegembiraan, kehangatan, dan euforia menciptakan momen berharga yang diharapkan setiap tahun. Berbagai kegiatan seperti pesta, pertunjukan kembang api, acara berkumpul bersama keluarga, atau mungkin diskon dan penawaran menarik lainnya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perayaan ini. Banyak orang menantikan momen ini dengan beragam harapan dan rencana, karena akhirnya mereka bisa mengambil cuti atau libur untuk berkumpul kembali dengan keluarga atau orang-orang terkasih. Suasananya seakan memberikan pelipur lara dari rutinitas yang monoton, dan menjadi kesempatan untuk melepaskan segala beban di akhir tahun.

Pada saat menjelang pergantian tahun, banyak yang dengan penuh semangat memburu tiket untuk pergi ke destinasi yang sudah mereka rencanakan selama setahun penuh. Pemilihan tempat tujuan menjadi hal yang sangat penting untuk mengukir kenangan di penghujung tahun; ada yang memilih pantai untuk menikmati deburan ombak, ada juga yang memilih pegunungan untuk merasakan hawa segar dan kedamaian. Tidak jarang, kita melihat berbagai iklan tiket promo yang bertebaran di media sosial dan situs perjalanan guna menarik perhatian banyak orang untuk merencanakan liburan. Di samping itu, banyak yang dengan rela menghabiskan uang untuk mendapatkan barang-barang diskon yang sudah mereka incar. Momen ini menjadi salah satu waktu terbaik bagi para penjual untuk menawarkan berbagai produk dengan harga menarik, dan banyak konsumen yang berlomba-lomba memanfaatkan kesempatan tersebut. Namun, di balik keramaian dan suka cita tersebut, sebenarnya ada beberapa orang yang tidak merasakan sukacita di penghujung tahun. Mereka yang tak memiliki sanak saudara untuk bersua, yang akhirnya menghabiskan hari-hari mereka seperti biasa, berdiam di ruangan yang nyaman dan familiar. Rasa sepi ini mungkin menyelinap ke dalam suasana mereka, membuat malam tahun baru terasa seperti sebuah pengingat akan kesepian yang harus mereka hadapi. Ada juga yang terpaksa harus tetap bekerja mencari rezeki, tidak mendapatkan jatah libur, dan merasa terjepit oleh keadaan. Bagi mereka, perjalanan waktu seolah tidak memberikan ruang untuk bersuka cita, dan momen tahun baru hanyalah hari biasa yang tidak membawa perubahan apa pun. Hanya layar gadget yang mampu menghubungkan mereka dengan orang-orang yang mereka cintai, meskipun terasa pilu, suara dan senyuman yang tak asing bagi mereka yang tak bisa saling bertemu mampu menjadi obat penawar haru untuk menabung segala rindu.

Mengingat kembali tahun lalu, aku berada di tim sukacita, berkumpul dengan kawan-kawan perkuliahan di salah satu rumah teman kami yang tidak merantau. Meskipun jarak yang perlu kami tempuh jauh dan tak terbiasa dengan keramaian jalanan daerah tersebut, semua itu terbayar dengan suasana yang  sangat hangat dengan tawa dan canda yang hadir dari kami semua. Kami menyiapkan berbagai santapan, membakar daging dan memasak makanan lain yang kami beli sore harinya di supermarket. Momen tersebut menjadi semakin istimewa ketika kami menyanyikan lagu-lagu kesukaan sembari melemparkan candaan yang menggelitik perut. Kami tertawa hingga tidak terasa waktu berlalu, dan malam menjelang dengan kehangatan yang selalu ingin diingat. Saat malam tiba, kami menuang sajian yang kami sebut minuman jahat, sebuah campuran yang entah dari mana datangnya, tetapi terasa sangat cocok untuk merayakan momen spesial ini. Setelah menenggak, kami pun terlelap dalam semangat yang tinggi, untuk kemudian membuka hari baru yang penuh harapan. Terlepas dari berbagai perayaan yang kami lakukan, yang terpenting adalah kebersamaan di antara kami dan rasa syukur akan persahabatan yang telah terjalin selama ini.

Bermain kembang api bersama saudara
Bermain kembang api bersama saudara

Aku teringat, tahun-tahun sebelumnya, biasanya aku menghabiskan malam tahun baru bersama keluarga dan saudara jauh di rumah nenek-kakek dari ayah atau ibuku. Setiap tahun, ritual tersebut menjadi hal yang sederhana namun sangat bermakna. Dalam suasana hangat keluarga, kami berbagi cerita mengenai masa kecil, kenakalan dan liku-liku kehidupan yang telah kami jalani dan dibumbui dengan sedikit gosip kekeluargaan yang terjadi. Ketika itu, kami berkumpul mengelilingi meja makan, sambil aku memijat tangan nenek yang keriput, merasakan aromanya yang khas, yang kurasa sama dengan semua lansia yang pernah kutemui. Dalam setiap kisah yang diceritakan, terdapat pelajaran berharga yang bisa kuambil, percikan hangat yang bisa kurasakan dan senyum tipisku dengan rasa syukur atas lengkapnya nikmat yang Tuhan berikan.

Sembari menunggu pesanan pizza kesukaan kami, khususnya kesukaanku  yang menjadi hidangan favorit dengan pinggirannya yang tipis serta aroma bacon dan keju yang menggoda, adalah bagian lain dari tradisi kami dan selalu membuatku gila akan citarasanya. Kami selalu menantikan kehadiran pizza dengan penuh antisipasi, sambil menonton sinetron yang menjadi favorit nenek di televisi tabung yang ada di sudut ruangan. Malam tahun baru akan terasa lengkap dengan kehadiran pizza dan cerita-cerita dari generasi yang berbeda. Sinetron yang absurd terkadang menjadi bahan lucu untuk dicemooh oleh kami yang lebih muda, tetapi nenek selalu tampak menikmati setiap episode tayangannya, dan bila malam itu pengirim pizza datang lama, pasti nenek selalu sigap membuatkan mie instant goreng dengan sedikit air rebusan yang tertuang di piringnya, dan itu selalu menjadi style masakan mie yang kuingat dimanapun ketika aku menemukan hasil yang mirip dengan buatan nenek.

Namun saat itu, meskipun semua berjalan dengan baik dan menyenangkan, ada perasaan yang tidak bisa kuabaikan. Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia, terutama tahun ini, aku merasa perayaan tahun baru menjauh dari kata menyenangkan dan ramai. Aku hanya merayakannya dengan empat temanku tahun ini. Meskipun kami mencoba untuk menikmati moment tersebut, ada rasa hampa yang menyelimuti. Suasana penuh tawa tetap hadir, tetapi rasanya tidak ada yang membuatku sumringah atau tertawa lepas seperti di tahun-tahun sebelumnya. Kembang api yang meletus di langit pada malam itu indah, namun terasa hanya sekadar "oh, iya kembang apinya bagus dan banyak," tanpa makna yang lebih dalam.

Perjalanan menuju Rumah Ilham
Perjalanan menuju Rumah Ilham

Seiring bertambahnya usia, aku mulai merasakan bahwa perayaan tahun baru bukan semata-mata tentang pesta dan perayaan semata. Terlebih, tahun ini, aku merenungkan lebih dalam mengenai arti kebersamaan dan bagaimana perubahan hidup bisa mempengaruhi cara kita merayakan momen-momen spesial. Momen-momen di mana kita berkumpul bersama keluarga, berbagi tawa dan cerita, terasa semakin berharga dan menjadi ingatan yang tak terlupakan. Hal ini mungkin juga menjadi alasan mengapa perayaan tahun baru tahun ini terasa tidak semeriah sebelumnya; karena beberapa dari kami telah memasuki fase baru dalam hidup yang memisahkan kami dari kebiasaan yang lama. Momen-momen istimewa di tahun-tahun sebelumnya selalu dihiasi dengan cerita dan kenangan. Apakah itu berbagi makanan dengan keluarga, berbincang dengan sahabat, atau bahkan mengalami kekecewaan karena merasa terlupakan di tengah keramaian orang lain. Semua itu adalah bagian dari fase kehidupan yang membawa kita menjadi pribadi yang lebih baik. Mungkin kita perlu lebih menghargai setiap momen kecil yang kita miliki, karena itulah yang membuat hidup ini penuh warna. Di saat malam tahun baru itu, aku menyadari bahwa meskipun waktuku kini dihabiskan dengan lebih sedikit orang yang aku cintai, kebersamaan dengan sahabat tetaplah hal yang berarti. Terkadang, kita perlu merenung di tengah keramaian untuk menemukan arti sebenarnya dari kebahagiaan. Apakah kebahagiaan itu terletak pada kemewahan perayaan, atau justru pada kehangatan dan kedekatan hati dengan orang-orang terkasih? Hal ini menjadi lebih penting seiring berjalannya waktu dan semakin bertambahnya tanggung jawab dalam hidup.

Bakar-bakar jagung di Rumah Ilham
Bakar-bakar jagung di Rumah Ilham

Ibo menyantap jagung yang nikmat
Ibo menyantap jagung yang nikmat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun