Mohon tunggu...
Philocity
Philocity Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Peneliti

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Telusuri Jejak Sejarah: Tim Riset UMY Ungkap Makna Sumbu Filosofi Yogyakarta

19 Juli 2024   17:00 Diperbarui: 19 Juli 2024   17:04 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyelami kekayaan budaya dan filosofi Yogyakarta, Tim PKM Riset Sosial Humaniora (RSH) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang diketuai oleh Fadia Azzahra dan beranggotakan Sayyidah Ummul Sholihah, M.Novel Habibie, Farhan Abdilla Mursida, dan Ase. M. Ramdhani, melakukan penelitian mendalam tentang sumbu filosofi Yogyakarta.

Penelitian ini menguak jejak filosofi yang tertanam dalam tata ruang Kota Yogyakarta, warisan berharga dari Sultan Hamengkubuwono I, sebagai pendiri kota. Temuan menarik mengungkapkan bahwa sang sultan merancang Yogyakarta dengan konsep "Catur Gatra Tunggal", sebuah desain yang mengintegrasikan aspek pemerintahan, ekonomi, religius, dan sosial.

Catur Gatra Tunggal merupakan Empat Pilar Keharmonisan yang diwujudkan melalui empat elemen utama:

  1. Keraton Yogyakarta: Berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan kediaman Sultan, sekaligus simbol kekuasaan Kasultanan Yogyakarta.
  2. Alun-alun: Menjadi ruang publik bagi kegiatan masyarakat dan interaksi antara raja dengan rakyat. Alun-alun Utara terletak di depan Keraton, sedangkan Alun-alun Kidul di belakangnya. Di setiap alun-alun terdapat sepasang pohon beringin yang disebut ringin kurung, melambangkan Manunggaling Kawula lan Gusti (kesatuan rakyat dan raja) dan prinsip Hablun min annas (hubungan antar manusia) dan Hablun min Allah (hubungan dengan Tuhan).
  3. Masjid Gedhe Kauman: Mewakili aspek religius, menunjukkan peran Sultan sebagai pemimpin spiritual (khalifatullah) di samping kepala pemerintahan.
  4. Pasar Beringharjo: Berlokasi di sebelah utara Alun-alun Utara, menjadi simbol pusat perekonomian masyarakat. Posisinya yang dekat dengan Keraton mencerminkan hubungan erat antara pasar dan kehidupan keraton.

Lebih dari Sekedar Tata Ruang

Penelitian Tim PKM RSH UMY tidak hanya berhenti pada pemetaan elemen-elemen fisik. Mereka menggali lebih dalam makna filosofis di balik desain Catur Gatra Tunggal.

"Sumbu filosofi ini bukan sekadar tata ruang, tetapi cerminan nilai-nilai luhur yang menjadi fondasi Yogyakarta, Desain ini mewadahi harmonisasi antara aspek pemerintahan, spiritualitas, ekonomi, dan sosial, menjadikannya landasan bagi kehidupan masyarakat yang rukun dan sejahtera." jelas KMT Yudawijaya ketika diwawancarai di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Menjaga Kelestarian Warisan Budaya

Temuan penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi pada pelestarian dan pemanfaatan sumbu filosofi Yogyakarta secara berkelanjutan. Upaya edukasi dan revitalisasi menjadi kunci untuk menjaga warisan budaya ini tetap relevan dan menginspirasi generasi penerus.

"Memahami makna filosofis di balik sumbu filosofi Yogyakarta dapat memperkuat rasa cinta dan tanggung jawab kita dalam menjaga kelestariannya," ungkap M.Novel Habibie, anggota tim. "Warisan budaya ini bukan hanya milik Yogyakarta, tetapi kekayaan bangsa yang harus dilestarikan untuk generasi mendatang."

Penelitian Tim PKM RSH UMY menjadi pengingat penting bahwa warisan budaya bukan hanya tentang benda-benda fisik, tetapi juga nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Memahami dan melestarikan filosofi di baliknya adalah kunci untuk menjaga identitas dan jati diri bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun