Mohon tunggu...
Philipus Dellian Agus Raharjo
Philipus Dellian Agus Raharjo Mohon Tunggu... lainnya -

Seorang yang ingin menjadi kawan seperjalanan anda.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sekuntum Mawar Sejuta Kisah

24 Juni 2016   13:43 Diperbarui: 24 Juni 2016   14:18 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Motif karpet gul yang belum distilir (sumber : http://mekikcarpet.com/category/49-pa-intermingled-carpets.aspx)

Beberapa minggu yang lalu melalui whatsapp adik saya menanyakan, kalau-kalau saya berminat pada budidaya mawar semi holland. Dia menawari saya karena selama ini sepetak tanah milik keluarga yang ada di daerah Bandungan, Kabupaten Semarang, hanya ditanami sayuran, dan bunga krisan.

Saya balik bertanya, mengapa harus mawar semi holland? Saya jadi ingat ladang nenek di lereng Merapi yang ditanami mawar pada bagian tepi. Mawar lokal, bukan mawar semi holland. Saat musim kemarau yang tidak terlalu kering, biasanya mawar-mawar lokal itu berbunga dengan ukuran yang lumayan besar. Apakah mawar semi holland juga seperti itu?

Penasaran karena belum pernah menanam mawar semi holland, maka saya menanyakan hal itu pada Mbah Gugel. Ternyata kenampakan mawar semi holland memang cantik. Hanya saja memerlukan untuk budidaya mawar semi holland perlu perawatan ekstra dibanding mawar lokal.

Mawar, bisa dibilang adalah “Ratu Bunga”. Boleh saja orang menyukai bunga melati, bunga anggrek, bunga tulip, bunga lili, bunga krisan, bunga aster, dan seterusnya, kendati demikian kehadiran dan posisi mawar di antara penggemar bunga tetap tidak bisa dipandang sebelah mata.

Kata ‘mawar’ yang kita gunakan dalam bahasa Indonesia menurut para munsyi berasal dari bahasa Arab, ‘wardatun’, ‘wardani’, ‘wardah’. Di dalam budaya kita bunga mawar menempati posisi cukup penting. Lihat saja kehadiran bunga mawar pada prosesi pernikahan, peresmian suatu gedung, dan juga pada prosesi pemakaman, serta saat orang melakukan ziarah ke makam leluhur atau pahlawan bangsa.

Orang-orang berbahasa Perancis, Jerman, Inggris, Denmark, dan Norwegia menyebut ‘mawar’ sebagai ‘rose’. Orang-orang berbahasa Italia, Spanyol, dan Portugis menyebut ‘mawar’ sebagai ‘rosa’. Orang-orang berbahasa Rusia menyebut ‘mawar’ sebagai ‘roza’. Sedangkan orang-orang berbahasa Belanda menyebutnya sebagai ‘roos’, orang-orang Irlandia menyebutnya ‘ros’, orang-orang Wales menyebutnya ‘rhosyn’.

Salah satu pulau milik Yunani yang bernama Rhodes, terletak di seberang Anatolia, Turki, konon juga mendapat nama dari banyaknya bunga mawar di pulau tersebut. Namun ada juga yang berpendapat bahwa nama itu diberikan karena ada kuil dewa matahari, Helios, di Rhodos. Perlu diketahui, mawar adalah bunga yang dipersembahkan oleh bangsa Yunani Kuno kepada Helios. Dalam bahasa Yunani ‘mawar’ adalah ‘rhodon’ (ρόδον).

Menurut dongeng Romawi Kuno pada mulanya tidak ada bunga mawar merah. Kemudian pada suatu hari Venus (dewi kecantikan, kesuburan, dan asmara bangsa Romawi Kuno) telapak kakinya tertusuk duri mawar putih. Darah dari telapak kaki Venus melumuri mahkota bunga mawar putih. Sejak saat itulah tercipta bunga mawar merah.

Sejarah mawar pun tak kurang kunonya dibanding peradaban manusia. Bunga mawar adalah tanaman asli Asia Tengah sejak 70 juta tahun silam, yang kemudian menyebar ke seluruh sudut-sudut dunia.

Heliogabalus, kaisar Romawi, erat kaitannya dengan bunga mawar. Heliogabalus-lah yang memulai pertama kali prosesi menaburkan bunga mawar dari langit-langit kepada para tamu yang datang ke pesta pora yang diselenggarakannya. Saking banyaknya bunga mawar yang ditaburkan, tak jarang ada beberapa tamu yang tewas kehabisan nafas karena tertimbun mawar.

Pada zaman Romawi Kuno ada event yang disebut festival bunga mawar. Diceritakan, bahwa saat festival bunga mawar berlangsung bunga-bunga mawar ditaburkan di jalan-jalan, pada patung-patung dewa dan kaisar, dan peserta festival mengenakan karangan bunga mawar sebagai hiasan di kepala mereka. Segala menu makanan dan minuman yang disajikan selama festival juga mengandung bunga mawar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun