Mohon tunggu...
Philipus Dellian Agus Raharjo
Philipus Dellian Agus Raharjo Mohon Tunggu... lainnya -

Seorang yang ingin menjadi kawan seperjalanan anda.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Belajar Aksara Jawa (5)

4 September 2013   17:43 Diperbarui: 4 April 2017   16:32 1863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_263651" align="aligncenter" width="490" caption="Serat Wedhatama, pupuh I, bait I, Sekar Macapat Pangkur."]

13782897692011855968
13782897692011855968
[/caption]

Pupuh I ini ditulis dalam bentuk Sekar Macapat Pangkur. Kata Pangkur tertulis paling atas, di antara dua purwapada. Purwapada adalah aksara berstilir yang terdiri atas dua bagian. Bahasan mengenai purwapada, madyapada, dan wasanapada akan saya sampaikan di lain kesempatan.

Saya tidak menyertakan latinisasi pada gambar teks Serat Wedhatama pupuh I, bait I, di atas dengan maksud agar anda dapat mencoba sendiri membacanya. Namun demikian saya tuliskan terjemahannya secara terpisah, sehingga anda dapat mengira-ngira di mana letak suku kata aksara terjemahan latin pada teks aksara Jawa di atas dan bagaimana perubahan bunyi aksara carakan yang terjadi sesudah mendapat sandhangan dan pasangan.

Terjemahan pupuh I, bait I dalam aksara latin:

Pangkur

Mingkar-mingkur ing angkara, akarana karenan mardi siwi, sinawung resmining kidung, sinuba sinukarta, mrih kretarta pakartining ngelmu luhung, kang tumrap neng tanah Jawa, agama ageming aji.

Dapatkah anda merasakan gaya bahasa yang dipakai oleh KGPAA Mangkunegara IV dalam bait pertama di atas? Mudah-mudahan. Saya tidak akan menjelaskan panjang-lebar mengenai apa maksud atau isi bait I tersebut ke dalam bahasa Indonesia karena anda dapat mencarinya dengan mudah di internet. Memang anda akan menjumpai perbedaan antara penjelasan satu dengan yang lainnya, tergantung dari sudut pandang para penulisnya. Namun perbedaan yang ada itu tidak banyak. Intinya, isi bait I mengajak orang untuk mendidik siswa atau anak agar tidak menjadi jahat, harus menggunakan cara yang benar, indah, dan mulia.

Sampai jumpa di tulisan berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun