Akhir-akhir ini, masyarakat sedang mendapatkan sebuah tayangan hiburan yang menurut saya cukup smart. Ya, tayangan pelawak tunggal alias stand up comedy academy di indosiar ini cukup menyedot perhatian pemirsa televisi. Meski tayangan serupa sudah acap tampil di beberapa stasiun tv yang lain, namun dengan kemasan yang baru, indosiar tampaknya cukup berhasil membawa acara ini menjadi lebih segar. Selingan-selingan humor oleh pembawa acara, juri ataupun mentor rasanya menjadi bumbu-bumbu sedap yang bahkan mungkin lebih "gerr" daripada lelucon para pesertanya sendiri.
Memang bukanlah hal yang mudah untuk bisa membawakan komedi secara solo. Seorang komik dituntut harus mampu memahami mana materi yang lucu atau tidak, mana yang dapat dipahami penonton dan mana yang tidak. Jika melawak dalam grup, para pelakon masih dapat saling membantu satu sama lain, lain halnya dengan aliran komedi yang satu ini. Jika apa yang disampaikan memang dirasa tidak lucu oleh penonton, tidak ada lagi cara yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan muka. Cara satu-satunya mungkin dengan segera berpindah ke topik berikutnya dengan tetap berusaha menjaga kepercayaan dirinya.
Apalagi, makin mendekati akhir, kini para kontestan dituntut mampu membuat materi baru dalam waktu yang sangat singkat. Dunia ini memang selalu menuntut hal yang baru. Materi-materi lama yang semula terasa banyolan paling lucu sekalipun, tak akan terasa lucu lagi jika terus diulang-ulang. Kreativitas tingkat tinggi menjadi hal yang mutlak untuk dapat menyelesaikan tantangan seperti itu.
Sebuah materi bermula dari keresahan seorang komik. Begitu kata seorang juri yang cukup dihormati oleh para alay di seluruh jagat raya semesta. Semakin banyak kegalauan dalam dirinya ataupun semakin nelangsa hidupnya, maka semakin lucu lah ia. Mungkin begitulah teori yang berlaku dalam dunia pelawak tunggal ini. Meski juga banyak hal lain yang bisa dijadikan bahan untuk melawak, namun sepertinya mentertawakan diri sendiri menjadi topik yang hampir selalu diangkat oleh para komik. Â
Oleh karena itu, berbahagialah yang hidupnya nelangsa karena kini terbuka sebuah lahan profesi baru yang mulai digemari. Memang bukan hal yang mudah untuk bisa mengubah apa yang sebenarnya adalah kelemahan menjadi sesuatu yang menarik dan lucu untuk ditampilkan. Dibutuhkan keberanian untuk bisa menerima kelemahan yang ada pada kita dan untuk bisa membuka 'aib' sendiri lalu menjadikannya konsumsi publik. Hal yang kontradiktif memang. Sebab sejatinya tidak ada manusia yang mau hidupnya nelangsa, namun justru kenelangsaan itulah yang menjadi sumber penghidupannya.Â
Memilih profesi sebagai pelawak memanglah bukan jalan yang mudah. Mereka dituntut untuk selalu lucu dalam setiap kesempatan. Mungkin tekanan ini pulalah yang tidak kuat lagi dihadapi oleh seorang pelawak kenamaan, Robin Williams. Seseorang yang begitu menarik, lucu dan bersemangat ternyata menyimpan depresi yang mendalam. Yah, semoga saja hal serupa tidak menimpa pelawak-pelawak di Indonesia.
Salam lemper..Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H