Mohon tunggu...
Philipus RP
Philipus RP Mohon Tunggu... -

A simple individual trying to share a life reflection. For me, life is a journey. A journey without a journal will only enrich an individual. But to share is to be beneficial for self and other.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bekerja untuk Hidup Atau Hidup untuk Bekerja

11 November 2015   09:52 Diperbarui: 11 November 2015   12:39 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menurut Anda, di antara dua statement tersebut, mana yang benar? Apakah bekerja untuk hidup atau hidup untuk bekerja? 

"Gue sih bekerja untuk hidup lah.. Ngapain hidup untuk bekerja? Workaholic banget. Ngga ada waktu buat keluarga, hobi, sosialisasi." Mungkin begitu reaksi kebanyakan orang mengenai hal ini. 

Tapi benarkah hidup untuk bekerja berarti tidak memiliki waktu untuk keluarga, hobi dan sosialisasi? Mungkin akan lain halnya kalau kita memaknai kerja sebagai sesuatu yang lebih luas. Tidak melulu hanya sebuah aktivitas yang menghasilkan uang melainkan sebagai sebuah aktivitas pemenuhan tanggung jawab.  

Kita dilahirkan di dunia tentunya mempunyai tanggung jawab yang dititipkan dari Sang Pencipta. Baik orang miskin maupun kaya semua mempunyai tanggung jawab yang dipikulnya. Apakah dia sebagai kepala keluarga, ibu rumah tangga, janda ataupun jomblo sekalipun memiliki tanggung jawab di pundaknya. Hanya berbeda porsinya saja.

Seorang kepala rumah tangga jelas bertanggung jawab untuk menafkahi keluarganya. Namun di samping itu, dia juga harus menjadi suami bagi istrinya dan ayah bagi anak-anaknya. Seorang ibu rumah tangga pun demikian. Dia memiliki tanggung jawab sebagai seorang istri sekaligus ibu bagi anak-anaknya. Dari sini kita bisa melihat, jika kita memaknai kerja sebagai sebuah aktivitas pemenuhan tanggung jawab, maka waktu untuk keluarga pun dapat dipahami sebagai sebuah bentuk lain dari kerja. 

Bahkan seorang jomblo, juga memiliki tanggung jawab sebagai anak. Sekalipun dia hidup sebatang kara, setidaknya tanggung jawabnya adalah menjaga hidupnya sendiri yang adalah anugerah dari sang pencipta.

Sebagai makhluk sosial, setiap manusia juga memiliki tanggung jawab sosial. Apakah itu dalam bentuk materi ataupun non materi seperti pertemanan dan persahabatan. Sebagai seorang teman tentunya juga memiliki tanggung jawab untuk membantu temannya yang dalam kesulitan. Bantuan kepada orang lain pun pada akhirnya bisa kita maknai juga sebagai kerja.

Kegiatan hobi juga bisa dimaknai sebagai sebuah bentuk pemenuhan tanggung jawab kita sebagai seorang manusia yang juga memiliki kebutuhan batin. Dan jika hobi itu bisa menghasilkan uang, maka pada akhirnya definisi bekerja sebagai kegiatan tidak menyenangkan yang terpaksa dilakukan untuk menghasilkan uang pun akan lebur dengan sendirinya. 

Bagi mereka yang bahkan tidak perlu bekerja sama sekali untuk mendapatkan uang atau sudah memperoleh kebebasan finansial pun tetap memiliki tanggung jawab untuk bekerja. Mereka yang sudah sukses itu memiliki tanggung jawab sosial yang semakin besar untuk membagikan rezekinya dalam bentuk materi maupun ilmu kepda yang lain.

Jadi, bekerja untuk hidup atau hidup untuk bekerja?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun