Pasca ribut-ribut kasus Bank Century. Disambung dengan kasus korupsi Gayus Tambunan. Ditambahkan dengan kasus Nazarudin. Satu hal yang bisa saya peroleh, yakni mirisnya kebenaran di Indonesia saat ini.
Kebenaran bukan lagi menjadi pujaan hati. Tapi kebenaran menjadi semacam hidangan penutup dari antara hidangan pembuka,yakni harta dan tahta.
Ada pula yang menjunjung kebenaran tetapi meniadakan orang lain di dalam kebenarannya itu. Tidak jarang justru kebenaran yang dianggapnya paling ideal justru merusak sistem dan kondisi masyarakat yang ada.
Itu semua membawa kesulitan yang amat sangat agar kebenaran dapat masuk kembali di negara ini. Suatu kebenaran yang hakiki. Kebenaran yang tidak hanya dianut oleh saya, Anda atau pun mereka. Tetapi kebenaran yang dicapai dan akan menjadi keyakinan bagi kita semua.
Itu mengisyaratkan bahwa ada kemauan yang besar dalam diri kita semua untuk mencapai kebenaran. Di samping itu pun kita harus berani menerima konsekuensi di dalamnya. Dengan demikian pun kebenaran yang kita inginkan dapat tercapai bersama-sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H