Mohon tunggu...
Philip Manurung
Philip Manurung Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

lahir di Medan, belajar ke Jawa, melayani Sulawesi, mendidik Sumatera; orang Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demo Berjilid-Jilid di Hong Kong, Buat Apa?

15 Agustus 2019   13:56 Diperbarui: 15 Agustus 2019   15:55 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak dimulai beberapa minggu yang lalu, gelombang protes di Hongkong tak kunjung mereda. 

Senin lalu (12/8), para pendemo memasuki Hong Kong International Airport dan melumpuhkannya. Ratusan penerbangan dibatalkan. (Baca beritanya di sini).

Sebelumnya, ratusan ribu pro-demokrasi turun ke jalan-jalan dan pusat-pusat perbelanjaan menyuarakan tuntutan mereka. Namun, pemerintah Hong Kong, yang dikepalai Carrie Lam, tidak bergeming.

Kini, melalui bandara, mereka hendak mengundang simpati dunia internasional.

Demo Berjilid-Jilid Mempertahankan Demokrasi
Ini bukan pertama kalinya demonstrasi massal menyapu Hong Kong. 

Pada tahun 2003, tidak kurang dari 500 ribu orang turun ke jalan-jalan. Mereka memprotes sebuah rancangan undang-undang yang kontroversial.

Pada tahun 2014, bekas koloni Inggris itu kembali bergejolak dalam gelombang protes berminggu-minggu. Kala itu, Joshua Wong, pemimpin Gerakan Payung (Umbrella movement), menuntut hak rakyat untuk memilih pemimpinnya sendiri.

Pada demo kali ini, pemicunya tidak jauh berbeda.

Para pemrotes menentang sebuah rancangan undang-undang yang memungkinkan seorang tersangka kejahatan diekstradisi ke Cina daratan. Mereka merasa, jika undang-undang tersebut disahkan, masa depan demokrasi di Hong Kong akan terancam.

Kecemasan itu cukup beralasan mengingat kemunduran demokrasi Hong Kong pada tahun-tahun belakangan. Kelompok pro-demokrasi mengkhawatirkan maraknya kasus pemberangusan yang terjadi di bawah pemerintahan Nyonya Lam. Kalangan artis dan penulis tertekan oleh pengetatan sensor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun