Artikel ini ditulis dalam keadaan gelap gulita sambil berharap tenaga baterai dalam handphone buatan Korea ini masih mampu bertahan hingga selesai menulis.
Tiga menit yg lalu perusahaan berlogo petir kembali memutus listriknya. Seketika semua aliran elektron berhenti total di dalam kabel. Sudah ketiga kalinya dalam hari ini.Â
Konon ada kaitannya dengan logo itu sendiri. Masakan listrik disusupkan ke dalam air? Ya korslet lah.
Lelucon garing.Â
Anyway, tahukah Anda apa yang terjadi bila di sini mati listrik?
Pertama-tama, semua warna berubah jadi hitam. Sepatu saya, wajah saya, celana yang saya pakai. Memang sejak awal sudah hitam, tetapi semakin pekat sejak mati listrik.
Kemudian, seluruh penghuni rumah akan menyalakan aplikasi Torch di handphone guna mencari lilin. Teknologi primitif ini dipastikan selalu tersedia di lemari kami. Anda dapat menyimpulkan sendiri alasannya.
Cahaya yang kecil membuat cahaya yang lebih besar. Lampu minyak pun dipompa dan dinyalakan. Masa kejayaan lampu teplok sudah berlalu.Â
Anda yang seangkatan saya tentu masih ingat kenangan itu. Lampu teplok dinyalakan agar dapat mengerjakan PR. Besoknya kita terbangun dan mengorek hidung yang berjelaga.
Beberapa rumah tangga mempunyai genset untuk momen rutin seperti ini. Sayangnya, BTS di seberang rumah maksimal dapat bertahan 30 menit saja. Itulah batas waktu saya untuk menyelesaikan dan mengunggah tulisan ini.