Mohon tunggu...
Philip Manurung
Philip Manurung Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

lahir di Medan, belajar ke Jawa, melayani Sulawesi, mendidik Sumatera; orang Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Decacorn Titanicum, Bila Raksasa Startup Tenggelam Seperti Titanic

10 April 2019   16:40 Diperbarui: 11 April 2019   10:09 1391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kapal Titanic tenggelam. (Sumber: allthatsinteresting.com)

Ketidakpastian merupakan ciri dari Revolusi Industri (RI) 4.0. Segala jenis bisnis dan industri bersifat disruptif. Perubahan terjadi begitu cepat, hampir tidak menyisakan cukup waktu untuk beradaptasi.

Di era disrupsi ini lahirlah berbagai perusahaan rintisan (start-up) yang dengan cepat meraksasa. Salah satunya adalah PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (AKAB), atau yang akrab disebut GoJek. Penyedia layanan ride-hailing tersebut baru-baru ini dinobatkan berstatus decacorn. Didanai sejumlah investor (Google, JD.com Inc, Tencent, Mitsubishi Corporation, Provident Capital, dsb.), valuasi GoJek ditaksir mencapai US$ 10 miliar.

(Sumber: shopify.com)
(Sumber: shopify.com)

Pesatnya perkembangan bisnis decacorn dimungkinkan dengan utilisasi e-wallet. Fitur e-wallet berbeda dari e-money yang berbasis kartu. Karena berbasis server, penggunaan e-wallet hanya memerlukan aplikasi dan PIN. PT AKAB memiliki aplikasi e-wallet terpisah bernama GoPay.

Pada awalnya, GoPay dimaksudkan untuk mempermudah pembayaran cashless oleh para pengguna GoJek. Namun, sang pendiri, Nadiem Makariem, berhasil mentransformasi GoPay sehingga menjadi sebuah provider e-wallet mandiri berskala Titanic.

Dikutip dari cnbcindonesia.com, transaksi pengguna GoJek pada tahun 2018 mencapai US$ 9 miliar (Rp 125 triliun); hampir setara dengan valuasi decacorn itu sendiri. Sementara itu, transaksi menggunakan GoPay berkontribusi sebesar 69,6%, atau senilai US$ 6,3 miliar (Rp 87 triliun). Fantastis!

Pendapatan masif ini hanya dimungkinkan setelah GoJek menggurita. Tidak kurang dari 2 juta mitra pengemudi, 400.000 merchant, 1,5 juta agen, dan 600.000 penyedia jasa menjadi tangan-tangannya untuk melayani kebutuhan penduduk negeri.

Besarnya skala bisnis GoJek membuatnya harus melepaskan diri dari kaidah-kaidah kuno. Perusahaan-perusahaan dari generasi sebelumnya cukup puas bila memiliki jaringan distribusi multi-channel. Sebuah produsen fast moving consumer goods (FMCG), misalnya, umumnya memberdayakan kanal ritel tradisional, agen, ritel modern, hotel-restaurant-cafe (horeca), dan komunitas. Itu saja.

GoJek tidak bisa begitu. Ia adalah sebuah aplikasi super (super-app) omni-channel. Kanal-kanal distribusi dan layanan jasanya tak terbatas. Saat ini ia memiliki layanan transportasi, pengiriman makanan, pijat, entertainment, salon, consumer-retail, medis, pembayaran BPJS, PLN, pulsa, voucher games, dsb. Antara produk dan agen hampir tidak lagi dapat dibedakan. Hanya Tuhan yang tahu entah layanan apalagi yang nanti ditawarkan.

GoJek adalah sebuah aplikasi super (super-app) omni-channel. Kanal-kanal distribusi dan layanan jasanya tak terbatas.

(Sumber: akamaized.net)
(Sumber: akamaized.net)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun