Mohon tunggu...
Phia Chan
Phia Chan Mohon Tunggu... -

Mencoba menuangkan apa yang ada diisi kepala, merupakan hal belakangan ini mulai sering dilakukan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sayonara Otosan

11 Juni 2012   14:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:06 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Aku, ngak pernah tau,kalau hari itu akan tiba juga, bagai petir di siang bolong. Waktu itu tepat di tahun 2000, bulan dan tanggalnya aku tak ingat (dan sampai sekarang aku tak punya niat untuk mengingatnya), disiang hari itu aku mengalami pusing dan mual secara tiba-tiba, padahal aku sudah sarapan dan makan siang. Udara di luar juga tidak begitu panas, intinya tak ada tanda diluar yang akan menandakan suatu yang buruk. Sampai dirumah (aku tinggal di tempat salah satu kerabatku), aku melihat seorang kerabatku yang menjemput diriku dengan alasan ada yang perlu dikampung, dan tanpa bertanya, dengan diam aku mengambil barang-barang, dan lambat aku menyadari kalau orang-orang di dalam rumah diam-diam berusaha menghindari ku, dan keadaan rumah terasa senyap (ternyata mereka sudah tau akan kabar itu). Aku pulang dengan kerabatku dan seorang supir, dan selama perjalanan kurang lebih 2 jam, tak sekalipun kerabatku berbicara, hanya sang supir yang berusaha mengajakku berbicara.  Ketika malam gelap sudah datang, mobil berbelok ke arah halaman rumah, dan aku melihat Tenda yang sudah terpasang dan banyaknya orang yang sudah duduk di halaman, ketika aku masuk, ke rumah, yang bisa aku lakukan bengong,  dan ntah kenapa sangat sulit untuk menangis,tak sampai 10 menit aku langsung beranjak ke dapur karena rasa lapar yang sangat luar biasa. Aku makan seperti biasa, sambil berbicara dengan beberapa saudaraku, tak peduli suara orang yang  menangis di depan. 10 tahun sejak saat itu, untuk pertama kali di bulan januari 2010, aku menangis di nisannya seolah2 aku baru saja tersadar kalau sudah tidak ada. Pelajaran terlama yang kudapati, "siapkan diri untuk melepas orang yang dikasihi,jika memang sedih menangislah , jangan pernah menahannya".  Mereka yang ditinggalkan tetap harus  berjalan terus, karena masih diberi waktu lebih lama.

Manusia boleh berencana dan berusaha tetapi yang mengambil keputusan akhir adalah Sang Khalik, menurut manusia tidak cocok, tetapi menurut-Nya itulah yang terbaik. Segala sesuatu adalah pelajaran hidup.

Buat sahabatku, Makun,, tetap semangat ya, nan demo nai, itsumo ganbatte kudasai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun