"maksih yah pak udah diantern, sampe sini ajah." ujarnya sambil tersenyum dan menutup pintu kamarnya.
Hanya sebuah kamar tidur dengan satu tempat tidur, lemari, meja belajar, rak buku, dan kamar mandi, lebarnya tak seberapa, namun ckup luas untuk dya sendiri, dilengkapi AC, TV dan Air hangat, lantai'a terbuat dr kayu seperti lantai rumah-rumah jepang jaman dahulu, dinding'a berlapis kertas dinding berwarna putih dengan corak bunga tulip ungu muda, memang tak istimewa, namun inilah tempat tinggalnya, bahkan kepalanya sampai harus berbalut perban untuk sampai kesini.
Ia melepaskan baju seragam'a yang dibet'a tertulis. Efraen Noahlison. Atau bysa dipanggil Noah.
Ia menghempas tubuhnya perlahan ketempat tidurnya, baru sejenak ia sudah akan terlelap. Handphonenya berdering, pesan masuk.
*Aku sudah sampai, tepat didepan kamar kostmu. :)*
Noah bangkit, dan menuju pintu kamarnya sambil menahan sakit dikepalanya, ia tak kenal siapa pengirim sms itu, nomernya tak tercatat diphonebooknya.
Daun pintu itu mulai bergeser ditarik Noah. Ia membelalak kaget. Kelopak matanya yang tadinya hampir terpejam karna lelah, kini terbuka lebar. Melihat siapa yang tersembul dibalik pintu kamar'a. . . .
(bersambung. . . . )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H