Mohon tunggu...
Stephanus Suryanto
Stephanus Suryanto Mohon Tunggu... -

Guru musik, yang selalu berusaha berpikir agar otak ga pikun.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Musik dan Sikap - Tingkah laku

25 Mei 2011   19:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:14 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari banyaknya manusia di dunia ini, saya termasuk salah seorang yang menyukai akan seni. Lebih sempitnya lagi yaitu musik. Banyak yang bilang kalau musik itu adalah bahasa universal. Kadang saya agak bingung, apa maksudnya? Akhirnya sampai detik ini saya juga belum paham, maksud dari bahasa universal. Ya yang saya tahu, musik bisa dinikmati setiap orang walau sering kata-kata dalam lagu tersebut tidak jelas, atau justru tidak tahu apa artinya.

Hal ini terjadi pada sepupu saya. Ia sedang jatuh cinta pada musik Korea. Dia bilang lagunya enak, nge-beat, artisnya tampan, cantik, video klipnya keren, atau apapun itu. Lalu saya bertanya,”Kamu tahu artinya?”. Dia enteng menjawab,”Enggak. Emang penting ya?”. Sebagai sesama pencinta dunia musik, saya heran dan hanya bisa tersenyum.

Pekerjaan saya dipenuhi banyak hal yang berhubungan dengan dunia musik. Selain sebagai penikmat musik, saya juga bekerja sebagai guru. Guru musik adalah pekerjaan saya. Mulai dari mengajar SD, SMU, Perguruan Tinggi, hingga orangtua.

Bertemu banyak orang dari segala lapisan membuat saya makin mengenal karakter manusia. Ini salah satu yang saya suka. Dan saya juga dapat belajar banyak dari mereka, terutama cara berfikir dan cara mengambil keputusan. Tidak ada manusia yang sempurna, tetapi banyak manusia yang selalu belajar untuk menjadi sempurna. Terutama dalam hal sikap-tingkah laku.

Saya ingat sewaktu berada dalam proses membuat aransemen lagu. Sebuah proses belajar yang amat panjang. Klien saya meminta ini-itu, komentar bahwa lagunya kurang asyik, lagunya kurang nendang, atau apalah itu. Ia ingin konsep lagunya sesuai dengan trend yang ada. Akhirnya saya tidak jadi membuat aransemen lagu yang diminta, karena sikap-tingkah lakunya kurang baik. Saya hanya berfikir,”…baru jadi artis langsung merasa diri bagai dewa yang haus pujaan. Kalau seperti ini bisa-bisa ia hanya sebentar saja berada di dunia gemerlap itu.”

Berbeda lagi dengan yang ini. Teman kakak saya seorang vokalis band. Band rock. Lagu-lagu yang dibawakan selalu beraliran cadas. Namun siapa sangka kalau di tempat kostnya, sang vokalis senang sekali nyanyi lagu yang mendayu-dayu, salah satunya lagu Ebiet. Ia begitu ramah dan sopan. Semua orang pasti nyaman berada di dekatnya, kecuali saat bekerja di panggung rock.

Saya ingin selalu bisa meninggalkan kesan baik kepada setiap orang. Karena setiap orang patut dihargai. Hargailah orang lain terlebih dahulu, sebelum kita ingin dihargai. Karena itu salah satu dari ibadah.

Seorang teman saya, dulu bermimpi ingin bisa bermain musik dengan keyboard. Ia sampai menggambar keyboard di dinding rumahnya. Banyak sekali bentuk gambar menyerupai keyboard di dinding rumah, yang warna catnya sudah agak menguning. Saat itu, impian dan surganya seolah-olah adalah keyboard. Lalu saya ajak ke rumah saya, ia bermain keyboard sendirian, selama berjam-jam, ia punya bakat. Lama berselang teman saya ini bekerja di sebuah studio musik. Hidupnya tidak menjadi lebih baik saat disana. Lalu ia pindah lagi ke studio yang lain. Kini ia menjadi orang yang terpercaya di sebuah studio musik, kenal dekat dengan banyak artis. Dan tentunya impiannya yang sederhana (cuma ingin bisa bermain keyboard) menjadi berkembang dan luar biasa. Itu semua karena ia punya sikap-tingkah laku yang begitu baik, selalu berjuang, salah satunya nrimo – orang Jawa bilang. Saya bangga pernah mengenal sosok manusia ini. Dan saya masih harus belajar dari dia, melalui proses perjalanan hidupnya.

Jangan pernah lupa akan sikap-tingkah laku atau sering disebut attitude. Di berbagai macam dunia kehidupan hal ini tetaplah nomer satu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun