Sudah seminggu ini berpuasa, Alhamdulillah saya masih bisa menjalankan ibadah wajib yang diperintahkan oleh Allah. Di antara pengalaman berpuasa yang tak terlupakan adalah rangkaian ibadah shalat Isya dan Taraweh di malam pertama. Betapa indahnya melihat orang berbondong-bondong ke mesjid seperti tergesa gesa takut tak kebagian barisan. Padahal, mesjid itu termasuk besar di wilayah bandung, mesjid PUSDAI Bandung. Ingatlah saya terhadap suatu ajaran, "sesungguhnya diciptakan Jin dan Manusia hanya untuk menyembah padaNya".
Acara Shalat Taraweh di mesjid PUSDAI Bandung mengingatkan saya pada mesjid Taqwa di dekat rumah di Medan sana. Rangkaian acara shalat dimulai dengan pembukaan dari moderator "sang imam mesjid". Dia menjelaskan tata cara shalat dan rangkaian acara demi acara Shalat Isya dan Taraweh. Persis seperti ketika saya masih kecil, jumlah rakaat Shalat Tarawehnya pun 11 Rakaat. Alhamdulillah, ada Pak Gubernur kali ini. Pak Ahmad Heryawan sempat memberi sambutan setelah Shalat Isya. Subhanallah, saya baru melihat sosok pemimpin yang sangat andal di depan warga yang di pimpinnya. Dia menceritakan nikmatnya berpuasa, "untuk mencapai taqwa". Gelegar semangat sang gubernur diselingi ayat ayat Al-Quran sontak membuatku takjub. Semoga Allah Swt memberi kebaikan selama perjalanan kepemimpinannya.
Hingga sang Penceramah memberikan materi. Isinya masih terngiang-ngiang di kepala. Sang Penceramah menceritakan hidup di akhirat nanti bak hidup di dunia. Ada kelas-kelas sosial yang membedakan antara manusia yang satu dan yang lainnya. Kalau di dunia ada orang orang miskin, orang kaya, konglomerat, dll. Nanti di Yaumil Akhir ada 100 tingkatan surga begitu pula di neraka. Kalau dihari yang baik ini, penceramah bilang tidak akan menceritakan neraka, karena manusia beribadah untuk menuju surga. Tingkatan pertama itu adalah surga yang diisi oleh 70.000 orang yang memasukinya tanpa di hisab. Cuma 70.000 orang? Inilah keutamaan surga ditingkatan pertama. Mereka adalah orang-orang yang menjalankan amalan dan ajaran yang paling diterima oleh Allah di antaranya para Sahabat yang berjuang menyebarkan Agama Islam. Saya tidak mau berpanjang lebar di bagian ini, karena saya tidak hafal betul dalil dalil yang melandasinya.
Selanjutnya tentang puasa. Puasa adalah ibadah dan nikmat yang dberikan oleh Allah dengan berbagai kelebihan serta limpahan pahala. Manusia diperintahkan oleh Allah berpuasa dari yang halal untuk dinikmati. Misalnya, makan nasi dari hasil kerja yang halal dan berhubungan suami-istri di siang hari. Allah member isyarat kepada kita untuk menjaga nafsu dari kegiatan yang halal. Konon lagi dari perbuatan yang haram.
Bagi saya, ajaran ini begitu mengena. kalau kita diajarkan untuk menahan nafsu kita dari yang halal, tentu saja kita diajarkan untuk menghindari tindakan yang haram. Apabila tindakan ini di bawa ke luar dari Bulan Ramadhan. Insya Allah seorang manusia tidak bertindak di luar hak yang harusnya diperoleh. Apa misalnya: uang suap, korupsi, dan tindakan manipulasi yang jamak terdengar di berbagai media tentu akan jarang terdengar. Sesungguhnya dapatlah kita lihat bagaimana tindakan korupsi tersebut menggambarkan bagaimana dia menjalankan ibadah di Bulan Ramadhan. Apabila dia dengan baik menjalankan perintah di Bulan Ramadhan, InsyaAllah sifat ini akan dibawa ke dalm sendi kehidupan di sebelas bulan lainnya.
Kalau saya pikir, seperti apa yang diceramahkan oleh Penceramah malam itu. Segelintir manusia tidak lagi takut untuk berbuat dosa. Tidak takut tentang Azab yang akan diterima akibat perbuatannya. Malah Seperti apa yang dikatakan Allah dalam firmanNya, "Engkau takut kepada manusia, padahal Allah lebih berhak untuk Engkau takuti (al-Ahzab <33>:37). Kita sebagai manusia memiliki sifat dengan nafsu yang sulit untuk dikendalikan. Tapi sesungguhnya inilah sifat yang memberikan jalan kepada kita pada kehidupan yang akan kita pilih dan melatih kadar keimanan kita. Manusia tahu bahwa dia dikalahkan hawa nafsunya, tetapi dia tak sanggup menaklukkannya.
Pada Akhirnya saya mencermati ajaran pada malam pertama itu, Dunia dan Akhirat, Manakah yang lebih menarik?
Godaan dunia begitu jamak di dekat kita dan beragam adanya. Semua tindakan yang kita lakukan sebaiknya dicermati dampak segala sesuatunya. Siapa yang melihat perkara di awal langkahnya, kelak akan beroleh hasil yang baik dari perbuatannya dan akan selamat dari akibat buruknya. Seperti kita berpuasa dan melakukan ibadah lainnya di Bulan Ramdahan. Puasa merupakan ibadah yang merupakan jalan untuk menuju bagian sifat akhir yang menjadi taqwa.
Tulisan ini merupakan kesan saya melakukan rangkaian ibadah di malam pertama, Semoga baik untuk diri pribadi saya dan mohon maaf atas kesalahan dari segi isi dan penulisan yang tidak sesuai pendapat dengan para pembaca. Semoga kita dapat menjalankan Ibadah Puasa di Bulan Ramadhan ini penuh keceriaan untuk menuju ketaqwaan. [Telkomsel Ramdahanku].
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H