Mohon tunggu...
Phadli Harahap
Phadli Harahap Mohon Tunggu... Freelancer - Aktif di Komunitas Literasi Sukabumi "Sabumi Volunteer"

Seorang Ayah yang senang bercerita. Menulis dan Giat Bersama di sabumiku.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Matahari Terbit di Mall

20 Mei 2015   03:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:48 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14320672462047930479

Hari ini, anak saya senang bukan main. Saya membawanya jalan-jalan ke Hypermart. Hypermart ini bisa dibilang layaknya mall untuk Cianjur. Seperti biasa, saya menyetujui keinginannya untuk terus bermain dan bermain. Kemana saja, meski dia mengajak ke Mall sekalipun. Selagi ada uang, saya cenderung menyetujuinya. Kalau tak ada uang, main di rumah saja , toh dia punya mainan lebih dari 100 buah. Bukan karena saya kaya, tetapi karena anak saya ingin beli mainan. Tidak usah pelit. Anak-anak itu tugasnya memang bermain, begitulah seharusnya. Saya sudah mencoba untuk mengajari anak saya yang umurnya 3 tahun ini untuk menghapal huruf tetapi belum bisa dan juga menghitung pastilah gagal, angka satu langsung melompat ke angka empat. Tetapi dia tahu, setiap beli susu haruslah dua. Satu untuk dirinya satu untuk ayahnya.

[caption id="attachment_384484" align="aligncenter" width="150" caption="Time Zone Cianjur"][/caption]

Di gedung Hypermart Cianjur ini ada arena bermain sebut saja namanya Timezone. Sebenarnya tidak heran ada timezone digedung yang sama karena masih sama-sama dimiliki oleh Matahari. Nah, di tempat ini dia menghabiskan sedikit dari masa kecilnya. Berlari ke sana ke mari, pencet sana pencet sini. Saya sendiri merasa dia menjalani hari yang menyenangkan di arena bermain ini. Tidak rewel dan tidak pula menangis, itu indikasinya. Setengah dari sisa koin kami habiskan di permainan pukul-pukul tikus dan teman-temannya. Dia senang sekali menghajar itu binatang kartun yang tampil pada layar. Hebat sekali mesin ini membuat si kecil bisa tertawa puas. Kata anak saya binatang-binatang rekaan itu nakal.

Selain main pukul memukul, sesekali dia mengajak saya untuk main mobil balapan. Saya suruh dia duduk, dan dia putar-putar itu setirnya. Pura-pura bermain saja, soalnya kakinya belum bisa menginjak gas mesin permainan balapan itu. Di sebelahnya ada seorang anak yang tekun sekali membanting setir dan menginjak rem untuk menghindarkan tabrakan dengan mobil lainnya. Anak saya sampai berdecak kagum, mungkin dia heran kenapa mesin mainan balapan di depannya tidak semenarik yang dimainkan anak tersebut. Agar anak saya tak curiga dia sebenarnya tak turut balapan, saya suruh saja dia ikutan membanting setir ke kanan dan ke kiri.

Arena bermain, sejujurnya saya tak pernah melarang anak saya untuk menikmatinya. Kasihan juga kalau melihatnya selalu di rumah menunggu pagi lalu menyambut siang tak pergi kemana-mana. Sementara dia masih dilarang bermain di luar ruma oleh kakek dan neneknya. Tak ada salahnya menuruti permintaannya bermain ke timezone. Selain dia bisa menikmati aneka ragam mainan, dia juga bisa melihat orang-orang berinteraksi. Melihat anak lainnya yang bersama ayah dan ibunya. Anak remaja yang bermain bersama pacarnya. Seperti dirinya, orang lain juga menjalin hubungan bersama orang lainnya. Saya pikir arena bermain ini memiliki fungsi sosialnya sendiri.

Oh ya biar tahu saja, jumlah kebutuhan arena bermain yang disebut juga taman rekreasi terus meningkat seriring jumlah pengunjung yang semakin bertambah. Jika tahun 2012 tercatat 147 juta orang berkunjung ke taman rekreasi, pada 2013 jumlahnya meningkat menjadi 150 juta orang. Tahun 2014 menjadi sekitar 155 juta orang. Selain itu, arena bermain menjadi tempat pilihan pekerjaan. Tenaga kerja yang terlibat di bisnis ini cukup besar, yakni 30.000 orang terlibat langsung dan 300.000 orang tidak terlibat langsung. Sementara itu, kontribusi terhadap pendapatan asli daerah melalui pajak hiburan juga cukup besar dan terus meningkat. Jika tahun 2012 pajak yang terkumpul sebesar Rp 5,6 triliun, pada tahun 2013 sebesar Rp 6 triliun dan tahun 2014 diperkirakan naik menjadi Rp 6,2 triliun (sumber ada di sini). Angka yang menakjubkan bukan.

Kegiatan bersama anak saya diakhiri dengan menukar kertas tiket menjadi hadiah yang beraneka ragam, dari makanan sampai boneka berukuran besar. Anak saya melompat-lompat kegirangan sudahlah puas bermain dapat hadiah pula. Dia belum faham sudah menghabiskan koin setara nilai Rp50.000 hari ini. Ah bersyukurlah anak riang semua pun senang. Hari ini dia bisa menikmati dua matahari sekaligus. Matahari pagi dan matahari yang terbit di Mall.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun