Mohon tunggu...
Phadli Harahap
Phadli Harahap Mohon Tunggu... Freelancer - Aktif di Komunitas Literasi Sukabumi "Sabumi Volunteer"

Seorang Ayah yang senang bercerita. Menulis dan Giat Bersama di sabumiku.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Efek Samping Rumah Baca

12 Agustus 2016   10:30 Diperbarui: 12 Agustus 2016   10:39 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak Januari 2016, perkiraan dari Kang Pibsa awal mula berdirinya Rumah Baca Bambu Biroe. Rumah baca yang berisi tak begitu banyak buku diletakkan di depan rumahnya. Sedikit saja bukunya, tentu juga pengunjungnya baru sedikit. Kebanyakan anak-anak sekolah madarasah hanya iseng saja bermain di depan rumah. Mereka mulai menjamah buku dan membuka beberapa lembar dan diletakkan kembali ke raknya. Entah dibaca atau tidak, yang penting buku itu telah dilihat-lihat terutama buku yang bergambar. Dari situlah terlihat buku memiliki ‘medan magnet’ bagi anak-anak.

Lambat laun, buku yang sedikit itu kian bertambah. Banyak kawan-kawan yang entah dari mana saja memberi buku, baik itu kawan dari rumah baca atau pun kawan tapi baru kenal. Mereka menyumbangkan buku dengan beragam jumlahnya. Ada yang ratusan, puluhan, dan ada juga yang satuan. “Kami menerima bukunya dengan senang hati, kata Kang Pibsa. Seiring bertambahnya buku, bertambah pula pengunjungnya. Dari dana sumbangan pula, satu rak buku dibuat untuk tempat buku tambahan lainnya.

Setelah dua-tiga bulan berjalan, anak-anak dari sekolah madrasah yang lokasinya tepat di depan rumah, menjadikan rumah baca bak perpustakaan sekolah. Sebelum masuk sekolah, ada saja anak yang berkunjung. Waktu istirahat mereka bermain sambil memegang buku di depan rumah baca. Selepas pulang sekolah apalagi, anak-anak kian ramai datang untuk membaca dari buku komik, dongeng, hingga buku pelajaran sekolah.

Agar suasananya semakin riang gembira, Kang Pibsa tak hanya menyediakan buku. Alat bermain seperti congklak mulai dibeli. Jadilah seiring membaca, anak dapat bermain congklak. Oh ya, ada permainan lain yang sangat ngetop di Kampung Cibiru, Desa Cicantayan, Kabupaten Sukabumi ini, yaitu permainan egrang. 

Permainan ini biasanya dimainkan anak-anak di sekitar rumah. Permainan ini cukup akrab, bisa diinjak, bisa dibawa jalan, dan berlari. Ya, berjalan dan berlari diatas egrang. Kegiatan membaca dan bermain bisa seiring jalan, anak-anak tampak semakin senang selepas bemain, mereka bisa membaca. Lalu apa efek samping dari rumah baca ini?

Membaca Santai Hingga Sore Hari


Rumah Baca Bambu Biru, hingga Agustus 2016, masih memiliki buku 1000 biji lebih sedikit. Buku yang berasal dari donasi dari berbagai pihak, dikirim dari dalam Sukabumi, Jakarta, Bandung, Tangerang, Sudah banyak deh yang membantu. Dari semakin banyaknya buku inilah yang memberi efek samping bagi anak-anak.

Anak-anak datang membaca buku tanpa disuruh dan datang sendiri ke Rumah Baca Bambu Biroe. Dunia literasi adalah dunia yang menyenangkan ketika adik-adik menemukan caranya sendiri untuk terus membaca buku. Datang tak dipanggil, pulangnya bisa sampai sore. Seringkali beberapa anak, duduk santai selepas Ashar menjamah buku dan hanyut dalam bacaannya. Hingga magrib menjelang, dan azan akan tiba barulah diingatkan untuk pulang ke rumah.

Adanya rumah baca ini mengisi kekosongan sarana pendukung sekolah berupa perpustakaan. Tak ada perpustakaan, tetapi anak-anak sudah memiliki pilihan tempat untuk membaca buku, ya di Rumah Baca Bambu Biroe.

Kampung Cibiru, Kampung Tempat Anak-Anak Terbiasa Bermain Egrang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun